Hari ini aku berangkat bersana Joko, kami pulang dan pergi bersama sekarang. Mama menyuruh Joko untuk menjaga ku, rasanya tak nyaman sekali. Walaupun Joko baik, tetap saja aku masih tak ingin bersama laki laki lain selain Reno apalagi dia mencintai ku. Itu lebih membuat ku merasa enggan menghabiskan waktu lagi bersamanya. Jika bukan karna terpaksa oleh keadaan aku takkan mau berangkat bersamanya.
Kami berangkat dan sampai lah kami disekolah, Joko menuntun ku ke kelas. Teman teman menanyakan keadaan ku, dan itu terlalu bising. Aku meminta tolong Joko untuk menjelaskannya, karna kalian tau kan aku tak menyukai keramaian. Jadi aku langsung duduk menuju bangku ku, dan mulai membaca buku. Kringgggg... (Bel tanda masuk sudah berbunyi), namun hari ini Reno telat masuk ke kelas aku menyayangkan hal itu. Hanya karna cinta semua berubah, yang tadinya rajin jadi seperti ini? Sungguh menjijikan. Lalu Reno datang dengan baju yang berantakan, dia tak memakai dasi dan bajunya pun dikeluarkan. Seperti preman saja ujar ku yang tak sengaja ku ungkap kan, dia meminta maaf pada guru dan duduk di bangkunya. Lalu pelajaran pun dimulai, kami belajar seperti biasanya. Sampai tiba tiba ada keributan di luar sekolah, ada beberapa siswa sma lain memaksa masuk ke sekolah kami sambil membawa beberapa senjata tajam dan melempari batu hingga kaca kaca di depan mulai pecah. Semua orang panik, mereka semua lari. Aku bingung, bagaimana caranya untuk ku lari sementara keadaan ku seperti ini, sebelumnya kejadian ini tak pernah menimpa sekolah kami. Entah mengapa ini tiba-tiba terjadi, seperti di film dilan saja ada tawuran.
Semua orang mulai masuk ke perpustakaan karna itu tempat paling aman, dan sisanya pergi ke aula sekolah. Aku mengambil tongkat ku dan mulai berjalan, jangan tanya dimana Joko entah kemana dia sudah terlebih dahulu lari dia meninggalkan ku. Sungguh ini kali pertama ku memakai tongkat, jadi aku sedikit kesulitan. Tak ada yang menolong ku sama sekali, aku keluar kelas dan melihat Reno lari untuk melindungi Nada lalu menuju ke arah perpustakaan tanpa mau melihat aku sedang kesusahan. Aku terjatuh dan aku sudah benar benar menyerah pada keadaan, bila memang harus aku yang terkena imbasnya aku tak apa. Mau bagaimana lagi, aku sudah tak bisa berjalan. Kaki ku sudah sangat sakit karna beberapa kali terjatuh, saat terjatuh untuk terakhir kali rasanya aku sudah tak mampu berdiri. Mulai dari situlah aku tau seberapa sakitnya tiada orang yang perduli dengan ku, dan bagaimana rasanya menjadi orang tak berguna bahkan untuk diri sendiri. Apakah ini rasanya jadi mama yang harus berjuang sendirian. Ya tuhan... Tolong aku, ucapku dalam hati sambil menangis. Gerbang mulai bisa terdobrak, namun polisi belum juga datang. Aku berusaha sekuat mungkin untuk sembunyi aku merangkak ke arah kelas yang kosong lalu bersembunyi dibawah meja guru. Aku takut, keringat ku bercucuran air mata ku tak berhenti menetes bahkan tangan ku dingin sekali. Kaki ku terlihat membengkak lebih parah dari sebelumnya, rasanya sungguh sakit sekali. Mereka mulai mengobrak abrik setiap kelas, dan saat kelas yang ku buat untuk sembunyi mulai di masuki aku merasa pasrah, mungkin sudah jadi nasib ku bila harus mati ditangan mereka. Namun dugaan ku kali ini salah, mereka tak menemukan ku. Tapi rasa cemas membuat tubuh ku terasa lemas dan kepala ku sedikkt pusing. Ini aneh, rasanya seperti menghadapi perang. Beberapa menit kemudian polisi datang dan mengamankan mereka semua, saat keadaan mulai aman aku memutuskan untuk kembali mengambil tongkat ku yang tertinggal.
Kaki ku yang mulai membengkak membuat ku susah untuk merangkak kembali ke tempat terjatuhnya tongkat ku, ditambah kepala ku yang pusing dan tubuh ku yang lemas membuatku semakin susah untuk sampai disana. Aku berjuang sekuat tenaga, hingga saat hampir sampai di tempat tongkat ku terjatuh aku sudah tak kuat. Tubuh ku sudah lemas, aku hanya bisa berharap mereka bisa menemukan aku sesegera mungkin karna tempat ku tergeletak lemas saat itu, hampir tak pernah di lewati. Karna di sana hanya ada sebuah ruangan yang digunakan sebagai gudang. Aku berusaha untuk tetap kuat agar aku bisa sadar sampai ada orang yang menemukan ku. Sepertinya keadaan mulai normal, dan mulai kembali terdengar ramai. Saat itu aku mendengar orang sedang berteriak nama ku, suara itu bukan Reno malah suara itu seperti suara Joko. Aku tak bisa lagi bersuara keras, aku hanya bisa berkata tolong dengan suara yang sangat kecil. Tak mungkin bisa di dengar oleh telinga siapapun, lalu terdengar lagi beberapa orang memanggil nama ku. Haha ini lucu sekali, dimana mereka saat aku sedang dalam keadaan yang bahaya.
Lalu ku lihat Joko menemukan tongkat ku yang tak jauh dari tempat ku tergeletak, aku tersenyum. Sambil berkata dalam hati akhirnya aku terselamatkan, karna kaki ku rasanya sudah tak karuan. Dia mengambil tongkat ku lalu melihat kesana kemari dan akhirnya menemukan ku dengan keadaan yang sudah tergeletak tak berdaya, mungkin dia fikir aku dipukuli oleh mereka karna dia seperti menunjukkan wajah cemas dan takut. Aku masih sadar sepenuhnya saat melihat dia lari dengan wajah cemas penuh ke khawatiran. Dia berlari ke arah ku lalu membaringkan badan ku yang semula tengkurap.