Hai,
Malam ini bintang sungguh indah berada di utara, kusampaikan selamat malam untuk mu yang tak lagi menatap. Mungkin kata rindu sudah basi untuk kau dengar, rasa sedih yang dalam sudah memang benar-benar dilupa. Semoga suatu hati kamu tak menyesal, dengan kata rindu yang tak berujung ini. Aku tak ingin sama sekali melihat dirimu rapu layaknya aku, tetap bahagia disana. Rasa ini tak mungkin di tentang, dia tercipta dan tumbuh sendirinya.
Apakabar kamu kali ini, kurasa dua hari tanpa ku dulu tak mungkin berarti lagi sekarang. Dan kamu memang sudah benar benar lepas dari sangkar persahabatan, aku tahu kamu ingin bebas. Jadi ku biarkan kamu terbang sesukamu sekarang, lalu beharap jika kamu terluka kamu akan kembali dengan sendirinya lalu menetap tak pergi. Reno, nama mu selalu ada dalam ingatan ku. Hati ku tak terlalu rapuh dan sepi, mungkin karna Joko selalu ada di samping ku. Walaupun rasanya berbeda, tak sama dengan rasa saat bersama mu. Kamu selalu bahagia ya.. aku sehat kok, walaupun sejenak sempat lemah dan kamu tak ada. Aku masih bisa melihat langit yang indah ini di hiasi bintang utara, apa kamu melihat itu?. Kamu sedang apa, aku sedang melihat jendela kamar mu yang gelap. Seperti menandakan kamu sedang tak hadir di sana, aku merindukan mu. Namun aku harus menguatkan rasa rindu, agar tak menghantui fisik yang mudah lemah. Selamat malam pangeranku, salam dari pecandu rindu.
Shinta,
Tulisku dalam surat malam ini, tapi mungkin aku takkan pernah memberikan surat ini padanya, kamu ingatkan apa yang selalu ku ucapkan. Aku terlalu cupu untuk mengungkap rasa cinta, Jadi aku putuskan tetap diam sampai waktu yang menyampaikan. Ku harap kamu tak pergi terlalu lama, hari-hari ku sungguh suram tanpa hadirnya dirimu. Apa kamu tak merindukan coffe latte? Katamu itu adalah nyawa pagi hari mu? Namun sekarang mungkin tak sama lagi ya.
Tit tit tit.. (bunyi alarm hp pagi hari). Aku segera bangun dan bersemangat hari ini, aku bersiap-siap. Hari ini setelah sekian lama aku akan bertemu reno, rasa senang sudah tak terkira. Seperti biasanya kubuatkan coffe latte, untuk dia dan mama. Aku berniat berangkat bersama mama, namun tiba-tiba saat ku buka pintu rumah aku melihat joko sudah menunggu ku, untuk berangkat bersamanya.
"Eh joko, kok kamu disini?" Tanyaku.
"Hai shinta, ayo silahkan masuk. Ayo aku bantu taruh tongkat kamu di belakang" ujar dia.
Aku langsung masuk di bantu Joko, lalu duduk diam sambil memngku se cup coffe latte untuk Reno. Sebenarnya aku tak ingin sama sekali berbica dengannya, namun dia selalu bertanya sepanjang perjalanan menuju ke sekolah.
"Kamu buat coffe latte lagi?" Tanya dia.
"...." (Aku bisu tak menjawab tanyanya).
"Untuk Reno ya Shin?" Tanyanya sekali lagi.
"...." ( Aku masih tak menjawabnya )
"Kamu gak mau jawab ya? Aku tahu kok aku gak sama kayak Reno. Aku tak terlalu mengerti dirimu, aku tak lama mengenal mu. Dan masih tak faham dengan semua rasa mu, tapi saran ku kamu jangan terlalu menghindari orang lain hanya karna kamu nyaman dengan Reno. Sesekali kamu perlu melihat orang lain, kamu tahu masih banyak orang yang sayang sama kamu. Dan kamu campakin dia gitu aja? Kamu terlalu egois Shin. Maaf aku bilang kayak gini cuma pengen ngelindungin kamu, biar kamu gak terlalu tersakiti suatu saat. Karna gak selamanya Reno bakal selalu ada untuk kamu, bila dia tak ada. Ada kemungkinan kamu bisa sendiri dan kesepian tanpa adanya satu orang pun yang perduli, hanya karna perlakuan kamu seperti ini" (katanya sambil menatap kedepan fokus menyetir dengan wajah yang menunjukkan seakan akan dia sedang menyerah dan pasrah).