Mimpi dibalik layar

Bangbooszth
Chapter #14

Lengah dikit jadi detektif

Arga duduk di atas kasur kosannya, laptop terbuka di pangkuannya, tapi fokusnya terpecah antara mengetik dan mendengarkan Yakin di telepon. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk keyboard, berusaha menyelesaikan bab terbaru novelnya. Suasana kosan cukup hening, hanya suara kipas angin yang berputar pelan menemani percakapan mereka.


"Naya gimana?" tanya Yakin tiba-tiba, memecah kesunyian. "Tadi lo bilang sempet ribut sama mantannya?"


Arga menghela napas, berhenti mengetik sejenak. "Iya, tadi di cafe ada kejadian konyol. Mantannya tiba-tiba dateng, ngira gue pacar barunya, terus dorong gue sampe jatuh."


Yakin terkekeh di ujung telepon. "Yaelah, gara-gara disangka pacar doang? Lo nggak balas?"


"Ngapain gue balas? Dia jelas-jelas salah paham. Lagi pula, Naya udah jelasin semuanya," jawab Arga sambil tersenyum tipis. "Lagian, gue juga nggak mau bikin masalah tambah besar."


Yakin terdiam sebentar sebelum melanjutkan, "Tapi lo sadar kan, Ga? Itu artinya lo sama Naya keliatan deket banget, sampe mantannya mikir lo pacar barunya. Jangan salahin dia kalo curiga."


Arga tertawa kecil, berusaha mengalihkan rasa canggung yang tiba-tiba muncul. "Halah, deket biasa aja, kok. Kita udah temenan lama, lo juga tau kan?"


Yakin mendengus. "Temenan apaan, Ga? Dari ceritanya, jelas-jelas lo berdua udah lebih dari temen. Gue yang denger aja udah paham situasinya."


Arga menghentikan ketikannya, menatap layar laptop yang penuh dengan kalimat-kalimat setengah jadi. "Ya, tapi... gue nggak yakin dia ngerasain hal yang sama. Kita bener-bener cuma sahabatan, Kin."


"Udahlah, Ga. Lo itu kebanyakan mikir," jawab Yakin, suaranya terdengar lebih serius. "Dengerin gue, lo suka sama Naya, kan? Terus gue yakin, Naya juga nggak mungkin ngebiarin lo deket kalo dia nggak ada rasa balik."


Arga terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata Yakin. Dia memang sering memikirkan Naya akhir-akhir ini. Setiap kali mereka bersama, obrolan dan tawa mereka mengalir begitu saja. Tapi... apakah perasaannya itu cukup kuat untuk mengubah segalanya?


"Gue nggak tau, Kin," gumam Arga pelan. "Gue takut hubungan kita berubah kalo gue nembak dia. Kalau ternyata dia nggak punya perasaan yang sama, semuanya bisa jadi canggung."


Yakin terkekeh lagi, kali ini lebih lembut. "Lo emang selalu begitu, kebanyakan khawatir soal hal yang belum tentu terjadi. Gue tau Naya udah lama, Ga. Dia nggak bakal deket sama lo kalo dia nggak ada perasaan apa-apa. Lagipula, lo berdua udah lama temenan, jadi dia pasti nyaman sama lo. Ini cuma soal lo mau ambil langkah pertama atau nggak."


Arga terdiam, pikirannya terombang-ambing antara rasa takut dan keyakinan. Dia tahu Yakin benar. Selama ini, dia memang terlalu banyak berpikir dan mengkhawatirkan hal-hal yang belum tentu terjadi.


"Jadi lo bilang gue harus nembak Naya?" Arga akhirnya bertanya, setengah bercanda tapi setengah serius juga.

Lihat selengkapnya