Mimpi - Gadis Berkerudung Merah Muda

Imron Mochammad Alghufara
Chapter #7

LIYA BERTUNANGAN

Hatiku selalu menuntut hubungan yang konservatif, tapi Liya sepertinya memang belum siap untuk itu. Aku menginginkan hubungan yang protektif dan statis, tapi Liya masih sangat dinamis.

AKU MASIH menikmati zona nyamanku sebagai kekasih Liya; kekasih yang hanya berhubungan via selluler dan media sosial, tanpa berpikir untuk merencanakan sebuah pertemuan lagi. 

“Mas kapan main lagi... dah lama banget nggak ketemu?” 

“Nggak tau ntar... gampanglah...”

“Masa nggak pernah ketemu... katanya aku pacar Mas?” 

“Eee... eee... ya... tapi aku lembur terus, Dhe. Kerjaan Mas nggak bisa ditinggalin...”

“Oh ya...? ya udah deh, terserah Mas ajah...”

“Eh... lagi ngapain...?”

“Lagi nonton tv, tadi habis beres-beres rumah.”

“Oh... belum mandi, ya...?”

.................... bla bla ............

Pekerjaanku memang nyaris tak pernah membiarkanku untuk bersenang-senang sedikit pun. Tapi itu sebenarnya bukan alasan yang masuk akal, karena sesibuk-sibuknya pekerjaan pasti ada liburnya. Pertemuan mengecewakan kami di alun-alun itulah sebenarnya yang membuat pandanganku pada Liya berubah. Sosok anggun yang penuh dengan pesona, berubah menjadi sosok anak sekolahan yang sewajarnya. Tak ada magnet yang sangat kuat yang bisa menjerat hatiku pada sosok Liya sekarang.

Walau hubungan kami sebenarnya masih berjalan seperti biasa, masih ada komitmen dan komunikasi yang wajar. Meskipun terasa hambar, karena tak ada canda dan tawa yang diiringi kontak mata maupun fisik. Aku benar-benar tak ambil pusing pada hubungan ini, apalagi untuk bertemu lagi.

Sampai pada suatu ketika, saat semua yang tadinya tak jelas, menjadi jelas, sekaligus amblas. Tiba-tiba ada selentingan yang mengabarkan tentang pertunangan Liya. Tadinya aku tak percaya, dan menganggap itu sebuah lelucon yang sangat tidak lucu. Tetapi, setelah Liya sendiri membenarkan kabar itu, baru aku merasa seperti henfon yang dilepas baterainya. Pettt.... Lebih-lebih, ketika aku tahu bahwa Liya tidak mengharapkan pertunangan itu, karena semua adalah kemauan orang tuanya. 

Aku tak menyangka sama sekali, Liya yang baru kelas 2 SMK sudah mengalami masalah hidup yang pelik seperti itu. Dulu, mungkin aku cuma melihatnya di sinetron, tapi sekarang menjadi bagian dari realita kehidupanku, dan aku terlibat dalam skenarionya. Aku bahkan belum selesai meyakinkan diriku, bahwa aku sedang menjalin hubungan percintaan dengan gadis yang berjarak jauh di bawah umurku dalam segala halnya, dan sedang dilanda dilema keraguan karenanya. Tapi, Gadis Berkaos Merah Muda itu malah mendahului umurnya. 

Dan lagi-lagi aku dihadapkan pada kondisi rivalitas dengan sebuah profesi (yang dianggap) mapan. Kisah percintaan SMA-ku pun sontak terbuka kembali. Memori-memori kacau balau di masa itu, berkilas-kilas menampakkan dirinya dalam bentuk puing-puing dalam batinku. 

Lihat selengkapnya