Basah kuyup...
AKU hampir lupa, bahwa malam ini adalah pesta ulang tahun Erma. Aku harus tahu sudah seberapa siap Rosa menyiapkan pestanya. Aku SMS dia.
Aku: “Ros, gimana dah siap semuanya?”
Rosa: “Y Mas, dah beres semua.”
Aku: “Di mana tempatnya?”
Rosa: “L café n Resto, yg da di Pabuwaran?”
Aku: “Oh y, cukup ga duitnya?”
Rosa: “Cukup!”
Aku: “Sykurlah.”
Rosa: “Mas Abii mo dateng ga?”
Aku: “Ga tau ni Ros, ak kayaknya lembur.”
Rosa: “Aduh, gimana si, msa yg bikin acara g datang!”
Aku: “Ga tau ntar lah, yg pnting pestanya berjalan lancar, walaupun ak ga datang.”
Rosa: “Y…”
Aku: “Erma dah datang?”
Rosa: “Lg djemput Mas.”
Aku: “Oh y dah. Sip!”
***
Hujan semakin deras ketika aku memutuskan untuk pergi bersama Pekik ke rumahnya. Gelap pun sudah menghinggapi hari dengan suramnya. Area becek di luar kantor sudah terasa menjijikan. Keletihanku pun disambut dengan suara petir yang berkali-kali menggelegar. Aku juga tak bawa mantel sekarang. Karena semua perlu mantel, aku tak bisa meminjam jas hujan dari siapa pun. Terpaksa aku pinjam jaket parasutnya Kang Kabul, setidaknya dapat sedikit menghindarkanku dari basah kuyup dan kedinginan.
“Ayo, Bro!” kataku, dan Pekik sudah siap dengan mantel egoisnya. Dia mengangguk.
“Nggak pakai mantel, ente?” tanyanya, dan aku hanya menggeleng.