Mimpi - Gadis Berkerudung Merah Muda

Imron Mochammad Alghufara
Chapter #43

PERTUNANGAN

SEMUANYA seperti dipermudah. Seperti yang kukatakan, ‘Ini seperti diberkati’. Pertemuanku dengan Liya kali ini, benar-benar penuh dengan langkah-langkah dari Tuhan. Aku sempat membicaraan hal di luar rencana kepulanganku; sebuah keputusan yang serius, bukan main-main.

“Apa!” Ibuku kaget, mungkin kalau Bapakku dengar lebih kaget lagi.

“Iya, Bu. Tunangan,” kataku, penuh kegembiraan, dan seperti mengalir begitu saja.

“Apa nggak terlalu cepat, Bi?”

“Nggak, Bu. Kami udah lama kenal, kok,” kataku. 

“Emangnya kenal berapa tahun?” kata Ibu.

“Dua tahunan. Lama, kan?” kataku. 

Ibuku cuman nyengir kuda, “Nggak tahulah, terserah kamu aja lah, Bi. Lagian kamu udah waktunya berkeluarga.” Ibuku pasrah.

“Makasih, Bu. Makasih... ” kataku sangat gembira.

Seperti kuda berkacamata, pandanganku lurus tanpa berbelok. Aku seperti mendapat mandat tentang per-jodohanku dengan Liya yang sedang diatur oleh Tuhan.

Sejak detik itu aku benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya sendiri, dibantu Ibu tercinta. Dan syukurlah masalah cincin, aku sudah persiapin dari jauh-jauh hari. Sebenarnya masalah tunangan, sudah kupikirkan matang-matang, saat di Bali. Beberapa orang sudah kumintai pendapat, dan beberapa malah menceritakan pengalaman tentang tunangan dan persiapannya. Jadi sedikit banyak, aku sudah persiapkan. Tinggal persiapan mental dan kemantapan saja. 

***

28 April 2012, malam...

Malam ini, suasana rumah sedikit berbeda. Keluarga be-sar sudah berkumpul dan terdengar ramai. Tante-tanteku berceloteh gugup, beradu dengan Ibuku yang semakin membuat gaduh rumah. Namun, kegembiraan tampak di wajah kami, dan pastinya kegembiraanku melebihi me-reka semua. 

“Siapa saja yang ikut?” tanyaku, “Banyak?”

Lihat selengkapnya