"BUUUM...!"
“Aw…!” rintihku sekali lagi.
Baiklah, aku mau saja cerita panjang lebar, akan tetapi kurasa semua sudah bisa menebak apa yang terjadi denganku. Aku yakin kalian juga bisa mengira suara apa itu. Yup, nilai 100 untuk yang menjawab jika aku terjatuh lagi, tentu saja dari tempat tinggi, dan itu adalah suara dentuman keras ketika badanku menyentuh tanah.
“Xixixixi….” Tawa jahil itu menggema, pertanda jika sang empunya suara benar-benar terhibur melihat pendaratanku yang spektakuler.
"AWAS KAU PERI NAKAL!" ujarku kesal sambil mengacungkan kepalan tangan ke atas langit. Berharap jika dia masih bisa memperhatikanku dari… entah dari mana.
"Aku akan melaporkan kinerjamu pada Pak Ketua! Dan bila saat itu tiba, maka akulah yang akan tertawa terbahak-bahak!" Umpatan yang kutujukan untuk malaikat jahil bernama Guifi. Aku tidak tahu, apa aku berdosa ketika mengumpat pada malaikat mimpi, tapi untuk yang jahil satu itu, aku tidak akan menahan diri.
“Xixixi…” Tawa jahil itu kembali, nadanya terdengar semakin menyebalkan dari sebelumnya. Kurasa aku benar-benar sudah menjadi hiburan tersendiri baginya. Ya sudahlah, aku ingat apa yang dikatakan Pak Ketua. Jika dia saja kesulitan untuk mengatur makhluk-makhluk jahil itu, apalah aku ini?
Aku segera menggerak-gerakkan tubuhku, mencoba bangun, dan… hei, sepertinya kekesalanku pada malaikat kecil itu membuatku melupakan rasa sakit akibat jatuh dari angkasa. Bagus sih, setidaknya aku mulai terbiasa dengan semua kejadian-kejadian aneh di sini ini. Satu hal yang kuharap, tubuh asliku di dunia nyata tidak ngompol karena mimpi heboh ini.
Aku segera berdiri dan….
Oh tidak, tempat apa ini? Kukedipkan mataku berulang kali, berharap jika apa yang ada di depan hanya sebuah ilusi, tapi… sialnya, berapa kalipun mataku mengedip, tempat ini tetap… menyeramkan.
Tidak ada yang indah di sini. Tidak ada awan-awan atau pohon-pohon lucu, tidak ada warna warni pelangi seperti di dunia mimpi. Tempat ini benar-benar gelap, menyeramkan. Hitam, pekat, mengerikan dan yang paling parah dari semuanya itu adalah kenyataan bahwa aku berada di tengah hutan.
Hutan rimbun yang penuh dengan pohon-pohon besar menyeramkan dan semak-semak belukar yang menjalar kesana kemari. Aku tidak pernah berada di tengah hutan sebelumnya. Baik dalam dunia nyata, maupun dunia mimpi.
“Auuuuuuu.…”
Eh, suara apa itu? Menurut temanku yang senang berpetualang, ada banyak binatang buas di hutan. Tapi… inikan dunia mimpi, pasti hewan di sini akan lebih… menyeramkan lagi. Huhuhu, singa, harimau, serigala, atau mungkin naga besar dengan semburan api dari mulut dan hidungnya. Atau jangan-jangan... ular berkepala banyak, anjing berkepala tiga? Hiiiiii….
Hanya dengan membayangkan hewan-hewan bergigi tajam saja sudah membuat lututku lemas. Rasanya tidak mampu untuk berdiri. Di tengah kepanikan ini, aku menutup mataku, mencari setitik harapan. Kumohon, beri tahu aku, apa yang harus kulakukan di sini? Aku tidak mau datang kemari hanya untuk menjadi santapan binatang buas. Oh, Mia, apa yang harus kulakukan? Apa yang… eh, tunggu!