Mimpi Mia Semalam

Bebekz Hijau
Chapter #19

Bab 18. Labirin

Aku akui aku kecewa pada semuanya. Pada Pak Ketua, nasib dan semua yang memasukkanku ke dalam penjara ini. Tapi Elior mengajariku hal yang sangat berharga. Ceritaku belum usai, keajaiban masih akan datang, dan aku akan berusaha untuk keluar dari kegelapanku sendiri. 

Perlahan mataku mulai memperhatikan lingkungan sekitar. Baiklah, rencananya cukup sederhana. Pertama-tama, kami harus menunggu sampai para penjaga beristirahat, atau … setidaknya mereka asik sendiri dan tidak memperhatikan kami. 

Duduk manis sambil memperhatikan situasi, tidak berarti aku bisa santai. Keringatku bercucuran, berharap penjaga itu tidak menyadari jika kuncinya hilang. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padaku dan Elior, jika penjaga tahu anak itu telah mencuri kuncinya.

Setelah semua dirasa terkendali, kami mulai membuka pintu besar di depan. Agak sulit membuka pintu tanpa mengeluarkan suara. Sedikit ‘klik’, nyawa taruhannya. Sialnya yang kutakutkan benar-benar terjadi. Pintu itu berbunyi cukup keras saat aku memutar kuncinya.Tanganku sempat gemetaran hebat saat seorang penjaga menoleh ke arah kami. 

Matanya melotot cukup besar, untungnya, dia tidak melihat apa yang kami lakukan. Aku dan Elior langsung pura-pura tidur, berlaku seolah tidak terjadi apa-apa, hingga pada akhirnya, penjaga itu menyerah. Dia kembali pada kegiatan sebelumnya. Membicarakan tentang eksekusi pagi ini, dengan teman-temannya.  

Akhirnya, setelah sedikit ketegangan, kami berhasil keluar. Kami berjalan perlahan, mulai mengendap-endap di lorong penjara. Dengan bantuan cahaya obor seadanya, kami berharap dapat keluar secepat mungkin  dari tempat mengerikan ini. Sayangnya, yang terjadi tidak semudah apa yang kami pikirkan, karena ….

Baiklah, aku tidak perlu banyak kata untuk mendeskripsikan tempat ini. Cukup tiga saja, gelap, mengerikan, dan membingungkan. Siapa yang menyangka jika lorong-lorong ini membentuk sebuah labirin. Lorong ini bercabang, berkelok-kelok, tanpa tahu ujungnya di mana.

“M-Mia … sepertinya dari tadi kita hanya berputar-putar saja,” bisik Elior sambil menarik bajuku. Dari suaranya aku tahu dia lelah, cemas dan frustasi. Akupun merasakan hal yang sama. 

Kami tidak punya banyak waktu, eksekusi akan segera berlangsung, dan hal yang dapat kami lakukan hanya berjalan berputar-putar di lorong sialan ini. Sial, mana setiap lorong tampak sama semua. 

“Entahlah, Elior. Mungkin sedikit lagi kita sampai,” jawabku untuk membesarkan hati anak itu.

“S-semoga apa yang kamu katakan benar, Mia. Oh, seandainya aku tidak takut gelap, jika saja aku pernah ikut Kak Aaron masuk ke penjara bawah tanah, maka semuanya tidak akan jadi seperti ini. Aku pasti tahu jalan keluarnya, dan kita tidak perlu buang-buang waktu tersesat kesana kemari.”  

Yang dikatakan Elior ada benarnya, tapi kurasa bukan salahnya bila pangeran kecil tidak pernah berkunjung ke penjara bawah tanah. Lagipula kurasa Aaron tidak akan mengizinkan adiknya masuk ke dalam sini. 

“Tenanglah, Elior. Semua akan baik-baik saja. Kita akan mencari jalan keluarnya, dan kita akan menyelamatkan Aaron. Bukankah tadi kamu yang bilang seperti itu padaku?”

Elior menganggukan kepalanya tanda setuju. Sayangnya, aku yang meragukan kata-kataki sendiri. Suaraku boleh terdengar tenang. Aku berusaha memberikan setitik harapan dalam keputusasaan ini, Akan tetapi  di sisi lain, dari lubuk hati terdalam, aku juga merasakan takut yang luar biasa.

Kira-kira, apa yang menungguku di lorong depan?

Apa ada penjaga yang siap menangkap, dan memasukkan kami dalam penjara lagi?

Apa aku benar-benar bisa keluar dari kegelapan ini?

Apa aku bisa melihat cahaya di ujung pintu keluar?

A-apa bisa memaafkan diriku sendiri jika ternyata kami terlambat menyelamatkan Aaron?

Apa … yang akan terjadi bila misi ini gagal? Dan masih banyak jutaan pertanyaan lainnya.

Sekarang aku merasa seperti Theseus di dalam labirin. Dalam mitologi Yunani, seorang pahlawan bernama Theseus dimasukkan dalam labirin dan dikejar oleh monster Minotaur. Salah sedikit, maka tamatlah riwayatnya. 

Theseus masih lebih beruntung daripada aku. Dia memenangkan hati seorang putri yang memberikan segulung benang ajaib untuk membantunya keluar dari labirin. Sedangkan aku?  Oh, Mia, ayo pikir! Cepat pikir! Kamu tidak punya benang Ariadne untuk membantu keluar dari ….

Lihat selengkapnya