Mimpi Mia Semalam

Bebekz Hijau
Chapter #22

Bab 21. Lorong Gelap yang Akan Berlalu

Sekarang aku mengerti. Kenapa anggota kerajaan, bahkan sampai ibu mereka sendiri tidak percaya jika Orbis telah memilih rajanya. Kenapa mereka lebih mempercayai Trauman daripada kedua pangeran ini. Kurasa jika aku ada di posisi mereka, aku pun akan melakukan hal yang sama. Sungguh sulit dipercaya, Orbis memilih anak berumur 10 tahun untuk menjadi seorang raja.

Tapi, kebenaran tetaplah kebenaran. Tak peduli dipercaya atau tidak, kebenaran akan selalu menemukan jalannya sendiri. Kristal seorang raja hanya ada satu, benda itu sungguh bersinar dalam genggamannya. Dengan kenyataan itu, tak ada satupun yang bisa membantah. Ya, Elior adalah Raja baru Arco Iris.

Kini pemberontakan terjadi lebih hebat dari sebelumnya. Semua rakyat berteriak penuh sukacita. Raja baru mereka telah membuktikan gelar atas dirinya, dan membungkam prajurit yang awalnya memilih tunduk pada Trauman. Mereka kini hanya diam sambil memperhatikan apa yang terjadi. Aaron mengangkat genggaman tangannya pertanda bahwa kami telah memenangkan pertarungan, diikuti sorak sorai dari semua orang.

“M-Mia a-aku ….,” kata Elior sambil mendekatiku. Bicaranya terbata-bata, ia bahkan tak berani menatap mataku, seperti seseorang yang punya dosa.

“Yeah, aku tidak menyangka, tapi kupikir lebih baik demikian,” kataku sambil mengacak rambut anak itu. 

“K-kamu tidak marah?”

“Tidak. Aku percaya kalian pasti punya alasan yang kuat, mengapa kalian menyembunyikan kenyataan ini dariku. Apapun itu, aku cukup lega jika tahta ini kembali pada pemiliknya. Pssttt, lagipula kupikir kamu lebih cocok jadi raja daripada si bodoh itu.”

“B-benarkah, aku ….”

“HA, HA, HA,” tawa mengerikan itu berkumandang, bahkan sebelum Elior menyelesaikan kata-katanya. “Jadi kalian semua berpikir, jika cerita ini telah usai?” teriak Trauman bersamaan dengan bunyi gemuruh petir yang  tiba-tiba menyambar.

“Baiklah, jika tidak bisa dengan halus, maka aku akan gunakan cara lainnya.” 

Guntur menyambar hebat, suaranya memekakkan telinga. Langit Arco Iris berubah menjadi lebih gelap dari sebelumnya. Awan menjadi lebih hitam dan menakutkan. 

Dengan seketika, kabut-kabut mulai turun menyelimuti kami. Angin bertiup semakin kencang, berhembus, bergulung, membuat pohon-pohon besar membungkuk, bahkan patah. Gumpalan awan hitam berubah menjadi asap dan membentuk pusaran besar yang mengelilingi setiap orang di sekitar kami.

"Kak Aaron, AWAS...!" teriak Elior memberikan peringatan.

"A-apa yang terjadi?" tanyaku pada Elior.

Tidak lama kemudian, angin besar kembali bertiup dari arah luar dan masuk ke dalam istana.Elior meneriakkan sesuatu, tapi aku tidak dapat mendengar dengan jelas. Suara angin berhembus sangat kencang, mengacaukan semua indra. Sayup-sayup kudengar, suara runtuhan dan teriakkan orang. Hingga akhirnya kudengar suara Aaron yang terdengar semakin mendekat.

"LEPASKAN AKU, MAKHLUK PENGECUT! CEPAT TUNJUKKAN DIRIMU DAN LAWANLAH AKU!" teriak pria itu penuh emosi.

Sepertinya ini bukan pertama kali aku menatap kejadian seperti ini. Di malam itu, di gua saat Trauman menangkap kami, aku melihat pemandangan yang sama. 

Tubuh Aaron terangkat, badannya seperti tergantung pada sebuat tali, terbawa angin dan terbang menuju balkon tempat aku dan Elior berada. Sialnya, kejadian serupa juga menimpa diriku. Badanku mulai tertarik ke atas seperti ada yang menarikku ke atas.

"MIA ...." teriak Elior melihatku terangkat ke udara.

Kini mataku sudah tidak dapat melihat anak itu lagi. Tubuh mungilnya seperti tertelan gumpalan asap hitam. Sedangkan Aaron terbang bersebelahan denganku. Jujur saja, berada di ketinggian setinggi ini, membuat perutku mual.

"TURUNKAN KAMI, WAHAI MONSTER BODOH!!" teriak Aaron sambil menggoyang-goyangkan badannya. Ia memberontak hebat untuk melepaskan diri.

Kami terangkat sangat tinggi, lalu tiba-tiba saja aku terbanting ke tanah. Badanku terlempar beberapa meter dari atas. 

Lihat selengkapnya