Mimpi Mia Semalam

Bebekz Hijau
Chapter #28

Bab 27. Epilgue : Hari yang Baru

“Pelanggan yang kami hormati, sesaat lagi, kita akan tiba di stasiun tujuan akhir, Stasiun Bandung. Kami persilahkan Anda untuk mempersiapkan diri. Periksa dan teliti kembali barang bawaan Anda, jangan sampai ada yang tertinggal. Untuk keselamatan, tetaplah berada di tempat duduk sebelum kereta berhenti dengan sempurna. Terima kasih atas  kepercayaan Anda menggunakan jasa layanan PT. Kereta Api Indonesia. Sampai jumpa di perjalanan selanjutnya.”

Aku tahu, saat pengumuman itu berkumandang, maka sudah saatnya bagiku untuk mulai bersiap. Seharusnya mataku memperhatikan semua barang bawaan, memastikan tidak ada yang tertinggal. Akan tetapi, alih-alih melakukan itu, aku lebih memilih untuk melakukan hal yang lebih penting.  Aku segera mengambil handphone dan mengetik sebuah pesan.

“Hi, Lily, terima kasih banyak atas semua bantuannya. Terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik selama ini. Aku cuma mau mengabari, keretaku sudah sampai di Bandung dengan selamat, jadi Lily tidak perlu khawatir.”

Aku menarik nafas dalam-dalam, rasanya benar-benar lega. Mungkin seharusnya kuucapkan kata-kata itu sejak lama. Rasa terima kasih atas semua yang telah dilakukan Lily untukku, juga sebuah kabar tentang diriku agar tidak membuatnya khawatir.

Dan benar saja, tanpa perlu menunggu lama, setelah kutekan tombol ‘kirim’, dering telepon darinya langsung memanggil.

“Miaaaa ….” Suara Lily menggelegar menyebut namaku. Nadanya benar-benar panjang, sepertinya dia sungguh menanti kabar dariku.

"Halo Lily," jawabku.

"Mia, kamu sudah sampai? Bagaimana? Apa perjalananmu lancar? Kamu sehat? Mia, baik-baik saja?

Wow, sepertinya aku memang telah merepotkan banyak orang. Dari banyaknya pertanyaan yang dia ajukan, juga nada suaranya yang penuh kecemasan, kurasa Lily benar-benar takut aku akan melakukan hal bodoh dan menyakiti diriku sendiri.

“Lili, aku tidak apa-apa.”

“Kamu yakin?”

“Ya, tentu. Aku baik-baik saja. Keretaku baru sampai di Bandung, dan sebentar lagi aku akan turun. Terima kasih atas perhatiannya.”

“Hei, ada apa ini? Mia, apa kamu menyembunyikan sesuatu?’ tanya Lily dengan nada curiga.

“Menyembunyikan sesuatu? Maksudmu?”

“Entahlah, Mia. Kamu terdengar … berbeda.”

“Berbeda? Hahaha, Lily, kamu bercanda. Aku mana mungkin aku terdengar berbeda?”

“Kamu terdengar berbeda, Mia,” sahut Lily. “Suaramu terdengar lebih ceria, dan itu perubahan yang bagus. Aku sangat senang mendengarmu seperti itu daripada muram dan sedih terus-menerus. Hanya saja … apa yang terjadi? Mengapa kamu berubah sangat cepat? Jangan bilang kamu bertemu pria tampan?” canda Lily.

“Hahaha Lily, kamu ngaco!” sahutku sambil tertawa. 

“Mia, kamu bahkan sudah bisa terjadi. Cepat katakan, apa yang terjadi?”

“Entahlah Lily, tapi … pernahkah kamu tertidur, lalu bermimpi, dan tiba-tiba setelah pagi kamu bangun dengan perasaan yang berbeda?”

“Mimpi? Mimpi apa?”

“Aku tidak ingat semua detailnya. Yang kuingat hanya menjelajah hutan gelap, berpetualang dengan ksatria dan seorang raja kecil, bertarung melawan monster burung hitam.”

“Wow, mimpi yang aneh.”

“Hahaha, begitulah.”

Aku 100 % setuju dengannya, mimpiku memang aneh.

“Um, Lily, bolehkah kusambung nanti? Kereta sudah berhenti, aku harus segera turun.”

“Ah, baik, Mia. Nanti kita telepon lagi.”

“Bye.”

“Bye.”

Aku membereskan barang-barangku dan segera turun dari kereta. Kutarik nafas dalam-dalam, dan benar kata orang, udara di Bandung jauh lebih segar dari Surabaya.

“Huh, hari yang baru, Mia?” tanyaku pada diri sendiri. Tanpa terasa senyumku tergantung di pipi saat melihat indahnya semburat cahaya matahari yang menembus dedaunan.   

“Mia …!” 

Lihat selengkapnya