"Ada satu mantra, yang membuat Riana bisa kembali semangat mengejar mimpinya."
Riana kini telah resmi lulus menjadi seorang guru Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Banyak tetangga dan temannya mengucapkan selamat pada keluarganya. Orang yang dulu menghina keluarganya mulai segan. Hal yang paling menyakitkan bagi Riana ketika akan kuliah yaitu ada yang yang beranggapan, kalau orang tua Riana tidak akan bisa menguliahkan anaknya. Selanjutnya, ada yang mengatakan kalau kuliah dengan biaya murah itu tidak akan pernah berhasil. Karena itulah Bu Aisyah selalu berpesan pada semua anaknya agar rajin belajar. Jadikan kata orang tersebut sebagai motivasi. Buktikan kalau apa yang disampaikan mereka itu tidak benar.
Kegiatan berikutnya yaitu Penerimaan SK CPNS. Riana dan peserta CPNS lainnya akan berkumpul dan nantinya akan tahu di mana penempatan mereka. Riana juga sudah tidak sabar menunggu berita lokasi mengajarnya. Ketika mendapatkan informasi tersebut. Rupanya harus memakai baju putih. Sementara Riana tidak memiliki baju putih tersebut. Dia segera menelpon Ayu untuk meminjam baju putihnya, Ayu pun bersedia meminjamkannya. Tidak bisa dipungkiri, Riana sama sekali tidak memiliki uang untuk membeli baju, tetapi dia juga tidak mau memberatkan orang tuanya lagi.
Semua peserta telah berkumpul di sebuah lapangan. Mereka sangat ramai. Wajahnya begitu cerah karena menjadi PNS adalah impian banyak orang. Riana kini telah mendapatkan SK tersebut. Riana kembali ke rumah Ayu. Tanpa sengaja dia bertemu dengan seorang guru yang pernah mengajar di sebuah SMP. Bapak itu singgah ke tempat Ayu. Riana berkenalan dengan bapak tersebut.
“Nama saya Riana, Pak. Saya baru selesai menerima SK CPNS. Kampung saya di Pariaman. Saya temannya Ayu."
“Wah Alhamdulillah selamat ya. Kamu masih muda sudah lulus jadi CPNS. Kamu sudah tahu lokasi mengajarnya?"
“Belum Pak.“
“Jangan-jangan kamu lulus di SMP kami. Karena SMP kami memang lagi mencari guru agama satu orang. Semoga tidak lulus di sini ya. Karena sekolahnya sangat jauh. Nama desanya Koto Aro.”
Riana langsung menelan ludahnya. Bapak itu begitu semangat menceritakan lokasi sekolah tersebut. Saat itu Riana mendapatkan gambaran sedikit.
“Waduh, ternyata lokasinya jauh, tidak ada listrik dan tidak ada sinyal. Tapi ya sudahlah lihat saja nanti.”
Setelah menerima lokasi penempatan sekolah. Mereka harus mencari teman seperjuangan yang lokasinya sama. Agar mereka bisa berkumpul dan pergi bersama ke sekolah tersebut.
Pertama dia bertemu dengan seorang guru yang usianya di bawah Riana. Guru muda itu menangis-nangis setelah membaca lokasi sekolahnya. Dia juga satu sekolah dengan Riana. Dia sangat histeris dan menangis tersedu-sedu. Riana heran kepada guru itu.
Kenapa dia menangis? gumam Riana.
Kemudian Riana bertemu lagi dengan guru yang perempuan berikutnya ternyata dia juga sedih mendengar lokasi kerjanya.