Mimpi Riana & 22 KM

Restia Bela Pertiwi
Chapter #17

Teman Sekolah

“Siapa saja bisa berubah. Bisa berubah jadi baik atau sebaliknya.”


Sudah hampir dua tahun Riana mengajar di Koto Aro. Bisa dikatakan dia hanya sibuk dengan pekerjaan. Ketika ada warga Koto Aro bertanya tentang pasangan. Dia selalu menjawab sudah bertunangan. Tunangannya ada di Jakarta. Ada sebagian warga ingin memastikan tunangan Riana. Dengan polos Riana menjawab tunangannya sibuk dengan usahanya. Tujuannya hanya satu agar dia tidak dijodohkan dengan warga di sana. Bahkan ada yang ingin meminta Riana jadi menantunya. Bersyukurnya dengan jawaban itu, mereka tidak jadi melamar Riana. Begitu juga dengan dua teman lainnya. Mereka juga mengatakan sudah punya pasangan agar tidak ada yang menjodohkan mereka.


Saat ini tiga guru muda itu telah resmi jadi PNS. Mereka hanya mau fokus mengajar saja. Tidak ingin memiliki ikatan lebih dengan orang di sana. Mengingat kegiatan dukun dan hal mistis lainnya. Mereka begitu berhati-hati dalam bersikap agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Selama dua tahun itu tidak ada satupun keluarga Riana yang tahu secara jelas tentang lokasi sekolahnya. Pastinya karena masalah ekonomi. Kedua orang tua Riana juga memiliki tanggung jawab pada adiknya yang lain. Riana tidak sedih dengan kondisi tersebut. Apalagi memang saat ini mereka sedang berusaha bangkit dari keterpurukan ekonomi.


Jika ada waktu luang. Dia pulang ke kampung dan singgah menginap di Padang tempat kos Sari adiknya. Atas izin Allah, Sari bisa kuliah tanpa menganggur. Sari mendapatkan biaya bulanan dari Riana. Sari sudah sepakat dengan Riana untuk hidup berhemat ketika kuliah. Karena itu, Sari juga berusaha bekerja sambil kuliah. Jadi babysitter selama setahun. Meskipun gajinya tidak banyak. Namun, dia tetap bersyukur bisa membantu menambah kebutuhan hidupnya selama di Padang. Dia digaji hanya dua belas ribu perhari. Bekerja selama enam jam. Untuk ongkos sebanyak enam ribu dan sisa enam ribu di jadikan untuk beli sambal dan kebutuhan lainnya. Kala itu sambal hanya tiga ribu rupiah, dan bisa dimakan untuk sehari. Tepatnya tahun 2011. Sementara uang yang dikasih Riana sebanyak dua ratus lima puluh ribu setiap bulan. Dia jadikan untuk kebutuhan kuliah dan juga untuk makan. Sari sangat bersyukur dan berterima kasih atas support Riana. Dia juga berharap bisa segera lulus agar tidak membebani kakaknya itu.


Selama bekerja, Riana sering mengabadikan momennya di sekolah dan di tempat yang terbaik. Dia sudah memiliki hp yang jauh lebih baik yang memiliki kamera. Riana juga memiliki facebook yang dia gunakan untuk sekedar berselancar di dunia Maya. Menambah relasi dan hiburan saja. Seorang laki-laki mengomentari foto Riana. Selanjutnya dia mengirimkan pesan lewat inbox.


“Hai Buk, masih ingat Aku kah?


Riana baru menyadari ada inbox setelah beberapa hari kemudian. Dia membalas pesan tersebut.


“Maaf ini siapa? Karena Foto profilnya tidak ada. Maaf saya tidak tahu dengan saudara  


Riana tidak terlalu memperdulikan inbox tersebut. Setelah seminggu kemudian barulah pesannya kembali di balas oleh orang itu. Sekarang dia sudah mengganti foto profilenya. Riana mengingat kembali semua temannya sejak sekilah dasar sampai kuliah. Barulah dia tahu ternyata yang mengirim pesan itu adalah Angga teman semasa MAN dan kuliahnya dulu. Riana tidak menyangka akan kembali bertemu dengan Angga pada saat sekarang. Mereka mulai berkirim pesan dan menanyakan kabar masing-masing. Setelah mengirim pesan di inbox, sekarang mereka say hello lewat wa. Tidak ada yang spesial dari pembahasan mereka. Riana sempat kaget, manusia seperti Angga bisa berubah drastis. Dulu Angga adalah orang yang cool dan cuek, sedangkan sekarang bisa jadi penyapa dan ramah. Benar kata orang bijak’ seseorang itu bisa saja berubah. Bisa jadi lebih baik atau sebaliknya’. Meskipun begitu, Riana tidak begitu ambil pusing dengan pembicaraannya. Mereka hanya membahas seputar pekerjaan saja. Dia hanya menganggap sekedar pertemuan dua teman sekolah alias reuni yang tidak terlalu penting dipikirkan.


Malam itu hujan sangat lebat. Awalnya Riana sudah memiliki feeling akan terjadi longsor. Namun, karena besok harus mengajar dia paksakan diri untuk tetap datang. Benar saja, baru setengah perjalanan, dia harus putar balik. Jalan itu tidak bisa dilalui karena ada tanah longsor dan pohon yang tumbang. Riana pulang dan tidak mengajar hari itu.



Siswa juga sudah sangat mengerti dengan kondisi itu. Sudah menjadi hal lumrah bagi mereka jika ada guru yang tidak datang, ketika ada hujan semalaman. Apalagi alasannya kalau bukan longsor. Guru tersebut akan digantikan oleh guru yang lain. Begitu juga dengan siswa, dia akan tetap semangat belajar. Selanjutnya Riana mengganti bajunya yang agak kotor karena percikan motor. Lumpur dijalan sangat tinggi mengenai rok dan bajunya.

Pagi itu dia melanjutkan tugas yang masih terbengkalai akibat lampu mati. Riana sudah memiliki laptop. Dia paling suka membeli barang limited edition. Hasilnya ketika barang itu rusak, dia sendiri yang panik mencari tempat servisnya. Sambil mendengarjan musik india, Riana mengecek hpnya yang sejak tadi dia abaikan.


Beberapa pesan masuk, salah satunya dari teman sekolahnya.


“Assalamualaikum, Buk. Lagi sibuk ya?”


“Halo, Buk. Kok nggak dibalas”


Dua pesan itu masuk dari Angga temannya. Riana hanya tersenyum sambil membayangkan wajah Angga yang jutek dan cuek kini telah menjadi teman dekat lewat wa itu.


“Waalaikumussalam, iya maaf Angga. Tadi perjalanan ke sekolah. Tapi harus balik lagi karena ada jalan yang longsor.” Riana kembali mengirim balasan pada Angga.


“Oh ya, asik dong, Buk. Tidak mengajar hari ini?”


“Tidak juga kok, biasa aja. Kamu sendiri sedang apa?”


“Sedang memikirkanmu. Wkwkwk, hahaha” Riana kesal mendengar jawaban Angga. Dia tahu Angga pasti bercanda. 


“Tidak lucu. Aku nanya serius.”


“Aku juga serius. Jangan marah, Buk. Nanti susah dapat jodoh. Wkwkwk.”


“Siapa yang marah. Kok situ merasa?” Riana membalas dengan tersenyum tapi sedikit kesal.


“Ya sudah, Aku sedang kerja. Tapi lagi nunggu customer. Doain ya aku sukses presentasinya.” 


“Iya aamiin. Semoga berhasil.”


“Terima kasih. Eh ngomong-ongomong kok Ibuk belum nikah?”


“Memang kenapa?.“ Riana balik bertanya.


“Ya kan Ibu sudah jadi PNS. Usianya juga sudah mulai matang. Masa tidak ada yang dekat dengan Ibuk?” jelas Angga.


“Hmmm. Ada sih, tapi masih belum cocok. Lagian sekarang Aku lagi sibuk bantu keluarga. Bantu adik untuk kuliah dan sekolah. Jadi nanti saja menikahnya.”


“Hmmm begitu ya.”

Lihat selengkapnya