“Kukuruyuk”…..
Ayam jago mulai berkokok. Sinar sang surya mulai mengintip dari ufuk timur pertanda pagi telah tiba. Bentangan sawah hijau yang indah dan udara segar yang bebas dari polusi kendaraan menambah keasrian desa ini. Ya benar, memang suasana seperti ini takkan kita temui di kota. Di Desa Sukorejo tepatnya, setiap pagi para petani sudah siap untuk pergi ke sawah, ibu-ibu berbondong-bondong untuk pergi ke pasar, dan anak-anak pun tak mau ketinggalan untuk segera bergegas berangkat sekolah.
Di desa yang alamnya masih asri itu, ada sekolah dasar yang keadaannya sangat memprihatinkan untuk kegiatan belajar mengajar. Atapnya sudah rapuh, catnya lusuh, kursi dan meja untuk belajarnya pun terbatas. Bahkan sekolah ini sempat tidak beroperasi dalam kurun waktu yang cukup lama karena tidak ada tenaga pengajar dan tidak ada murid.
Sebagian besar anak-anak di Desa Sukorejo sibuk membantu orang tua mereka bertani dan berjualan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, dibalik semua itu ada seorang guru hebat dan berhati mulia, dengan niat tulus datang untuk memajukan pendidikan di desa tersebut.
“Selamat pagi anak-anak.” Sapa Pak Darma dengan wajah ceria.
“Selamat pagi Pak.” Jawab murid-murid dengan lantang
“Sudah siap untuk memulai pelajaran hari ini?
“Siaaap Pak!” Sahut murid-murid dengan semangat.
Pria bertubuh kurus, tinggi, berkumis tipis, dan rambut klimis ini adalah sosok yang menjadi inspirasi anak- anak di SD Sukorejo untuk tetap semangat menuntut ilmu, walaupun keadaan ekonomi mereka tak seberuntung anak-anak di kota. Lelaki yang menjadi panutan dan teladan bagi anak-anak di desa tersebut bernama Darmawan atau kerap disapa Pak Darma.
Sebelum mulai kegiatan belajar mengajar, Pak Darma selalu mengabsen satu persatu muridnya.
“Parto”
“Hadir pak”
“Sutini”
“Saya Pak”
“Bejo”
Tidak ada jawaban, kemudian salah satu murid lainnya nyeletuk.
“Bejo ndak masuk pak”