Mimpi Setinggi Awan

Ayu Pamanis
Chapter #2

Cita-Cita

Beberapa tahun silam, di Jakarta ada keluarga yang hidupnya berbanding terbalik dengan keadaan di Desa Sukorejo. Ini adalah keluarga Pak Rahardian. Beliau adalah seorang kepala sekolah di sebuah sekolah menengah atas dan istrinya bernama Ibu Ratih yang berprofesi sebagai wanita karir di perusahaan swasta ternama di Jakarta. Pak Rahardian memiliki seorang putra semata wayang yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan kerap disapa Awan. 

Saat Ibu Ratih (Mama Awan) sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk Awan dan papanya, tiba-tiba di meja makan Awan menyeletuk.

“Ma.. kalo Awan udah besar nanti, Awan ingin menjadi seorang guru yang hebat seperti Ayah”. celoteh anak laki-laki itu

“Kenapa mau jadi guru Wan? Awan gamau jadi dokter aja? Lebih enak jadi Dokter loh nak kamu bisa menolong orang yang sakit”. Tanya Mama Awan

“Guru kan juga pekerjaan mulia Ma, aku ingin sekali mengajar dan berbagi ilmu ke anak-anak yang tidak seberuntung aku. Awan mau mereka juga bisa menjadi orang-orang sukses nantinya”. 

“Jadi dokter lebih enak Wan bisa kerja di rumah sakit besar, terus nanti kalo Mama sakit bisa Awan rawat dan kasih obat sendiri. Mama mau Awan jadi dokter nanti kalo udah besar yaa”. Mama mempertegas.

“Aku kan takut darah Ma, kalau melihat jarum suntik saja aku lari”. Jawab Awan.

“Kamu kan sekarang masih kecil Wan, pasti keinginan dan cita-citamu bisa sewaktu-waktu berubah, percaya deh sama mama”. 

Awan hanya diam dan melanjutkan sarapannya. Awan tak ingin membalas ucapan mamanya lagi karena Awan segan dan takut dikira tidak menghormati orang tua.

Selesai sarapan Awan pamit kepada mamanya untuk berangkat sekolah bersama papanya. Kebetulan sekolah Awan searah dengan SMA tempat papanya mengajar.

"Ma, Awan berangkat sekolah dulu ya"

"Iya sayang, belajar yang bener yaa biar bisa jadi dokter". Pesan mamanya

Awan hanya senyum dan tak menjawab satu kata pun kemudian ia berangkat. 

Saat perjalanan menuju ke sekolah ketika lampu merah, mobil papa Awan berhenti. Kemudian Awan melihat anak seumurannya membawa gitar kecil dan bernyanyi di pinggir jalan.

"Pa, buka kacanya sebentar ya"

"Kamu mau ngapain Wan?

"Buka sebentar aja  Pa."

Tanpa berbasa basi lagi Pak Rahardian langsung membuka kaca mobilnya. Awan pun langsung melambaikan tangannya ke anak yang membawa gitar kecil itu kemudian memberikan uang jajan yang diberikan papanya tadi kepada anak itu. Pak Rahardian tertegun melihat sikap anaknya yang masih berusia 10 tahun tapi sangat dewasa dan berhati mulia.

Keheningan di mobil sesaat memecah saat Awan tiba-tiba menyeletuk.

"Pa, kalo Awan udah besar Awan pengen deh buat sekolah gratis buat anak-anak yang kurang beruntung." 

Mendengar ucapan Awan tersebut, papanya diam teringat impiannya dulu yang ingin sekali menjadi guru agar bisa mencerdaskan anak bangsa.

“Makanya sekolah yang rajin dan pandai ya nak, nanti kamu bisa wujudkan impian-impian kamu yang mulia itu.”

“Iya pa, makanya Awan pengen juga jadi guru kayak papa supaya bisa berbagi ilmu buat orang banyak.”

Papanya hanya tersenyum mendengar ungkapan Awan yang sangat kekeh tentang impian dan cita-citanya.

***

Sebulan lagi Awan berulang tahun yang ke-11. Mamanya sudah sibuk mempersiapkan perayaan ulang tahun untuk anak semata wayangnya itu.

“Awan sebentar lagi kan kamu ulang tahun, kamu mau tema ulang tahunya apa? Tempatnya mau di restoran atau di rumah? Biar mama bisa hubungin party planner kenalan teman mama yang terkenal di Jakarta ini.”

“Hmm apa ya Ma.. Awan pengennya sederhana aja nggak perlu yang mewah-mewah.”

Lihat selengkapnya