Mimpi Tanpa Tapi

VelouRa
Chapter #8

Usiran dari Makhluk Lain


Suara air mengalir, bunyi piring dan gelas yang saling bertubrukan pelan menghiasi hari di jam tiga pagi. Alida sengaja bangun lebih pagi dari biasanya. Sambil mencuci piring bekas masak Mama, sepasang matanya beredar mencari lauk bernama rendang! Ada yang aneh pagi itu.

“Nah, gitu dong! Bangun tidur langsung bersih-bersih rumah, bantuin Mama di dapur.” Mama muncul dari belakang Alida. Mengambil satu pack kantong plastik yang disimpan di lemari dapur.

“Tumben Mama udah selesai masak,” sahut Alida.

“Kemarin abis solat isya Mama langsung masak. Takut nggak keburu.”

“Nggak keburu? Emang Mama mau ke mana?”

“Mama hari ini jadi guru pendamping study tour. Nan–”

“Terus, Mama jualan nggak?”

“Jualan–”

“Jualan apa aja? Ada rendang?”

“Ada. Tapi, Mama masak buat anak-anak di sekolah Mama aja. Emang ada pesanan dari teman Alida?” tanya Mama memandangi Alida dengan heran. Tak biasanya Alida cerewet bertanya di pagi buta.

Tangan Alida yang sedang mencuci piring pun berhenti. “Ada, Ma. Mau pesan rendang,” jawabnya, pelan.

“Ya, nanti pulang study tour Mama buatin.”

“Mama pulangnya kapan?” tanya Alida. Batal sudah membawa tester rendang untuk Javas. Bicara lebih lama lagi dengan Mama tentang eyang Javas yang antusias dengan masakan Mama pun, juga sudah tak semangat.

“Tiga hari lagi. Alida pulang dari nemenin temannya belajar jangan sore-sore, ya. Macet di Ciputat itu udah panjang banget. Mulai dari UIN udah mulai nggak bergerak. Biar pulangnya nggak kemalaman,” pesan Mama.

“Emangnya nggak ada daging rendang yang Mama tinggalin? Berapa potong gitu?” Alida masih mengejar rendang Mama.

“Alida nggak bilang ada pesanan. Ada 10 potong daging Mama tinggalin buat Alida, kakak dan adik-adik. Kalau mau dijual nggak apa-apa. Sisain buat di rumah. Emangnya teman Alida pesan nasi atau rendangnya aja?”

“Rendangnya aja, Ma.”

“Ya udah, kalau gitu tunggu Mama pulang dari study tour ya.”

Alida mengangguk. Berusaha tampak baik-baik saja. Setelah kemarin cukup yakin, jika rendang Mama dapat membantunya meluluhkan Javas. Kalau menunggu Mama pulang, berarti masih ada dua kali pertemuan lagi di mana Alida harus menggunakan cara lain, untuk membujuk Javas bicara. Alida berpikir keras sekarang.

***

“Al, pulang sekolah mau ikut belajar di rumah Fany, nggak?” Anggi mendatangi kelas Alida yang bersebelahan dengan kelasnya. Mereka sedang istirahat.

“Hari ini nggak bisa, Nggi.”

“Kenapa? Lo udah sebulan lebih nggak nongkrong lagi sama kita-kita,” sambar Hani, yang diikuti dengan kedatangan satu geng Alida, berjumlah 7 orang dari berbagai kelas. Dulu, waktu kelas 2 beberapa di antara mereka sekelas. Sewaktu naik kelas tiga, pun terpisah karena jurusan yang dipilih. Mereka lebih banyak tersebar di kelas IPS.

“Gue ada kegiatan baru abis pulang sekolah.”

“OSIS? Masih belum selesai rapat kandidat calon ketua OSIS baru?”

“Rapatnya udah selesai. Tinggal briefing ke para kandidat aja.”

“Terus?”

“Kegiatan di luar sekolah.”

“Apa tuh?”

“Gue belum bisa bilang.”

“Kegiatan sama Javas ya, Al?” tembak Hani.

Alida tersentak. Ada rasa malu menyelimuti karena harus berteman dengan siswa yang hobi tawuran. Apalagi salah satu program OSIS yang Alida buat bersama sang ketua, adalah memberikan hukuman bagi para siswa yang diketahui terlibat tawuran.

“Beberapa kali gue lihat lo pulang sekolah ke rumah Javas.”

“Gue juga lihat waktu itu lo diantar Pak Dianang ke sana.”

Lihat selengkapnya