Mimpi Tanpa Tapi

VelouRa
Chapter #10

Tertolak Sebelum Bertanding

“Bu Rosy!” teriak Bik Inah sambil berlarian menuju kamar eyang Javas. Ia panik bukan main ketika di halaman belakang ada kepulan asap. 

“Ada apa, Bik? Kok, kayak orang ngelihat hantu?” Bu Rosy keluar kamar disertai dahi berkerut.

“Itu, Bu. Mas Javas bakar buku pelajarannya!”

Bu Rosy dan Bik Inah langsung melangkah lebar-lebar menuju teras belakang. BU Rosy kira tadi selesai makan malam, cucunya itu langsung masuk ke kamar dan beristirahat.

“Javas?” Bu Rosy sudah berdiri di dekat sang cucu. “Kenapa kamu bakar semua buku pelajaran kamu?” tanyanya kebingungan. Seingatnya tak ada sesuatu yang terjadi antara Javas dengan Alida, maupun Carla. 

Alida pamit pulang dengan cukup baik. Carla yang menemani Javas sampai magrib pun juga tak membuat emosi cucunya itu melambung sampai ke langit.

“Javas, sudah! Ada apa? Kamu kenapa tiba-tiba begini?” Bu Rosy memeluk satu lengan Javas yang sedang merobek-robek buku pelajaran, termasuk buku catatan yang tadi Alida berikan untuknya.

“Aku nggak mau belajar lagi sama dia.” Javas membuang robekan demi robekan buku catatan dengan penuh amarah ke tong sampah yang sudah tersulut api.

“Javas, itu buku yang tadi Alida tulis untuk kamu!” Bu Rosy berusaha menghentikan Javas yang tampak kesetanan.

“Harus dengan apa lagi aku kasih tahu Eyang, kalau aku nggak mau ada di rumah ini?” Javas menoleh pada Bu Rosy, melihat eyangnya itu seperti melihat musuh. 

Kedatangan Carla yang tiba-tiba masuk ke teras belakang, sebenarnya, memantik emosi Javas. Ia memang sengaja menggunakan mantan kekasihnya itu untuk membuat Alida jera dan berhenti dengan sendirinya menjadi teman belajarnya.

Namun, tindakannya itu membuat hatinya bergejolak hebat! Dengan berat hati ia harus memilih Carla dibanding Alida. Sedangkan, Javas tak pernah mau memberikan celah sedikitpun untuk Carla. 

Memutuskan mau menjadi pacar Carla adalah kesalahan yang pernah Javas buat. Ia kira dapat membuat ayahnya berhenti menyakiti mendiang bunda karena sudah menuruti kemauannya dengan menjadi kekasih anak dari teman sang ayah. Sayang, yang terjadi tak sesuai perkiraan Javas. Carla terlalu posesif, manja dan sering berbuat sesukanya. Bersikap baik pada perempuan itu hanya akan membuatnya besar kepala dan semakin gila meminta  Javas untuk menjadi kekasihnya kembali!

Bu Rosy terperangah, sampai kakinya mundur selangkah. Satu tangannya terangkat memegang dada. “Eyang mau memberikan yang terbaik untuk kamu. Eyang ingin ada yang menemani kamu belajar.” Itu adalah penjelasan Bu Rosy untuk ke sekian kali. Semua orang di rumah itu tahu bagaimana perasaan Javas untuk Alida.

Lihat selengkapnya