Mimpi Tanpa Tapi

VelouRa
Chapter #18

Pingsan!

Tersentak hingga kedua kaki tak mampu menerima perintah dari otak, membuat Alida terdiam sejenak menatap Javas, yang juga sedang melihatnya. Beberapa memori sejak ia berjumpa dengan Javas di rumah, sampai pertemuan terakhir diselamatkan oleh Nicko, bergentayang dalam kepala Alida.

Gadis setinggi dada Javas itu menarik napas dalam-dalam. Javas si kakak senior yang suka marah-marah tanpa sebab, mengusir, bersikap dingin berkata ketus, hingga tak peduli ketika dirinya dihina … cukup sudah Alida membiarkan harga dirinya diinjak-injak oleh Javas. Cukup di rumah laki-laki itu saja. Alida tak akan membiarkan Javas memperlakukannya sama ketika di sekolah.

Alida memalingkan muka. Lalu melewati Javas begitu saja. Tak ada sapa disertai senyuman ramah, mata berbinar yang terasa hangat. Hari itu, saat itu, Alida bersikap seperti orang tak kenal dengan Javas. Tak ada niat memendam seluruh sikap kasar Javas. Namun, Alida juga tak mampu menahan rasa sedih dan kecewa yang dirasakan oleh hatinya.

Sepasang mata hitam Javas mengiringi kepergian Alida. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Tak dihina oleh Alida sudah cukup. Alida masih mau melihatnya pun jauh lebih dari cukup. Meski, hati kecil meraung penuh penyesalan. Javas memilih diam. Ia tahu, ia pantas diperlakukan demikian oleh Alida. 

Kepala Javas pun tertunduk dalam. Kedua tangan dalam saku celana mengepal begitu keras, hingga urat-urat di sepanjang pergelangan tangannya tampak semua. Suasana pagi berawan dan berangin sejuk, tak cukup memadamkan bara gejolak dalam hati Javas. Juga, Alida.

“Kak Javas.” Alida muncul di tengah koridor, beberapa langkah dari Javas. 

Sontak, Javas mengangkat tubuhnya, lalu menghadap Alida. Dadanya berdebar tak santai, matanya mengerjap pelan. Tak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya!

“Makasih teh angetnya.” Alida bicara tepat di tengah mata Javas. Meski logikanya memaksa agar tak usah bicara, tetapi Alida tak bisa mengabaikan hati kecilnya yang berterima kasih atas perhatian kecil dari Javas. 

Perhatian yang baru Alida dapatkan di rumah, jika kondisi kesehatannya menurun drastis, sudah tak sanggup lagi bangun dari tempat tidur, dan itu pun setelah melewati serangkaian ceramah panjang bercampur omelan dari papa dan mama.

Tapi, Javas …

Meski, sudah banyak sikap kasar yang Javas berikan padanya, segelas teh hangat itu membuat Alida memiliki penilaian baru tentang kakak kelasnya.

Javas masih tak mampu berkutik. Rima jantungnya betul-betul tak stabil. Ia bahkan tak berharap kata terima kasih itu terucap dari bibir Alida. Javas hanya sedang menunjukkan betapa merasa bersalah dan menyesal dirinya pada sang adik kelas.

Alida mengulas senyum tumpul. “Maaf. Aku udah bilang nggak akan muncul di hadapan Kak Javas kalau di sekolah, tapi sekarang malah muncul. Aku cuma mau bilang makasih.” Ia lalu membalikkan badan, tanpa menunggu tanggapan dari Javas. Alida pun yakin kakak kelasnya itu juga tak akan menanggapi.

“Alida.”

“Ya?” Alida membalikkan tubuhnya cepat. Pandangannya kembali bersibobrok dengan mata onyx Javas. Ada yang berbeda dari sorot mata Javas. Air mukanya pun juga sama. 

Javas tak tahu harus berkata apa. Jiwa raganya berkecamuk hebat. Benar kata eyang. Ia sudah salah menilai Alida. Waktu menjelang pukul sepuluh itu terasa bergerak begitu lambat. Angin sepoi-sepoi yang berhembus hingga menyapu lantai dua, membuat suasana di koridor saat itu seakan sengaja Sang Pencipta atur hanya agar Javas dapat bicara dengan Alida. 

Untuk pertama kalinya, Javas dapat memanggil Alida dengan jarak dekat, dan langsung direspon oleh sang pujaan hati.

“Oh, iya. Maaf, aku udah dua kali nggak nemenin Kak Javas belajar. Eyang pasti udah ngasih tahu, kan?” Alida mengalihkan topik. Sesuatu dalam tubuhnya berdesir lembut. Membuat Alida jadi kikuk.

“Mata pelajaran apa yang nilainya jelek?” tembak Javas, ia sudah penasaran sejak eyang mmeberitahu hal itu.

“Matematika, Kak.” Alida tersenyum kilat. Pandangannya pun beralih pada Baby-G putih dengan latar merah jambu yang melingkar di pergelangan tangan. 

Lihat selengkapnya