Mimpi Yang Tak Membawaku Pulang

Temu Sunyi
Chapter #4

Surat dari Rumah



Suatu malam, saat ia terkapar karena demam, surat dari rumah datang.

Amplopnya lecek, tintanya pudar. Bau kertasnya seperti bau dapur — seperti rumah.

“Nak, maaf ya kalau Ibu belum bisa bantu apa-apa.

Tapi Ibu selalu doain kamu setiap malam... jangan nyerah ya, Lia.”

“Ibu percaya, kamu bisa jadi cahaya buat hidup kita yang gelap ini.”

Lia membacanya pelan, kata demi kata, seperti membaca doa.

Lalu menciumi surat itu seperti menciumi tangan ibunya sendiri.

Ia menangis bukan karena sakit, tapi karena rindu yang makin susah disembunyikan.

Ia meringkuk di pojok kasur, memeluk lutut, membiarkan air mata mengalir tanpa malu.

Suara dari luar kamar, suara kendaraan dan orang tertawa, seperti berasal dari dunia lain. Dunia yang tak mengenalnya.

“Kenapa harus sejauh ini, Bu?

Kenapa untuk bahagia, aku harus sejauh ini dari pelukmu?”

Pertanyaan itu hanya dijawab oleh sunyi.


Teman-teman yang Menyerah


Satu per satu teman-temannya menyerah. Rani pulang kampung setelah ayahnya jatuh sakit.

Lihat selengkapnya