Kehidupan seperti apa yang kalian inginkan?
Kehidupan mewah seperti keluarga konglomerat yang bisa menikmati segala aspek tanpa memperdulikan apapun atau kehidupan biasa yang terasa nyaman serta hangat?
Tapi sayangnya kalian tak bisa memilih kehidupan sesuai yang diinginkan. Tak seperti makanan yang bisa dipilih saat kalian ingin makan sesuatu. Kehidupan ditentukan oleh Sang Kuasa sebelum kau dilahirkan.
Aku melirik jenuh pelajaran yang berulang kali membuatku mual. Bukan karena pelajarannya tak bisa kumengerti tapi karena guru itu terus-terusan memberi materi yang sama. Hampir dua minggu dia tak mengganti materi. padahal ada banyak materi matematika yang harus dipelajari. Namun, guru itu tak beranjak mengganti materi lain. Selain itu udara musim panas menyeruak membuat siapapun yang ada dikelas ini kepanasan lantaran AC kelas sedang rusak, terkutuk orang yang bermain-main dengan remot AC dan akhirnya membuat benda itu rusak tak berguna di musim panas yang menyesakkan ini.
Kembali pada matematika, buku pelajaran matematikaku sudah penuh terisi oleh coretan jawaban yang kuisi. Tapi ada satu orang yang terlihat tetap bersemangat ditengah panasnya kelas ini dan juga pelajaran yang diulang-ulang, dia Nam Seunghyo. Berulang kali kuperhatikan, aku tak dapat mengerti kenapa lelaki itu masih berada dalam kondisi baik-baik saja karena jujur saja aku hampir meleleh dikelas ini, walaupun jendela dibuka tetap saja udara panas didalam kelas tak tergantikan sama sekali dengan udara yang lebih sejuk. Dia baik-baik saja bahkan sangat fokus menyimak materi yang diberikan guru itu, soal dan jawaban yang sama seperti dua hari lalu. Menyebalkan, aku tak sanggup lagi melihatnya.
Apa dia hanya pura-pura? Atau memang bodoh. Aku tak tahu.
Pada awalnya kufikir Seunghyo tak akan bisa bertahan di kota kecil ini, tapi tak kusangka dia bertahan. Sudah enam bulan sejak kepindahannya dari Seoul. Apa yang membuatnya pindah dari kota besar ke kota kecil?
Aku tak tahu pasti, orang-orang saat itu berbisik tentang banyaknya rumor yang beredar saat dia baru pindah ke sekolah ini. Tapi satu-satunya yang hampir kupercaya adalah rumor bully, dia terlihat seperti orang yang akan membully siapapun tanpa alasan pasti. Yah, dia memiliki kesan yang berandalan untukku. Wajahnya yang tegas, matanya besar, berwarna coklat dan berkilau siapapun tahu dia memiliki mata yang unik. Tulang hidungnya tinggi dan terakhir bibirnya yang tipis itu berwarna merah muda seperti mengoleskannya dengan perwarna bibir sebelum berangkat sekolah, wajahnya terkadang membuat siapapun terindimidasi dan juga tingginya 180cm, untuk ukuran anak sekolah dia sangat tinggi, sangat mendominasi anak-anak laki disekolah saat hari pertamanya. Fisiknya memang bukan yang terbelakang tapi dia jelas bukan tipeku, aku tak suka lelaki yang memiliki gaya tengil dan berandalan.
Saat belum dua bulan dia sekolah disini, dia sudah menggores alisnya dan memiliki luka lebam ditulang pipinya. baju sekolah yang tak pernah dia kancingkan dan anting di telinga kirinya. membuat siapapun akan berfikir dia tukang bully atau setidaknya anak berandalan.
Dia selalu terlihat berbeda, maksudku saat dikelas dan diluar kelas. Lelaki itu menunjukan kepribadian yang berbeda. Aku pernah melihatnya dibelakang gedung sekolah tempat dimana murid-murid tak berdaya dibully. Dia berdiri disana sambil melihat seorang lelaki yang kurasa lebih pendek darinya menunduk ketakutan sedangkan dia hanya bersandar ditembok dan mengisap rokok bersama teman-temannya yang tertawa, salah satu dari mereka bahkan anak kelas tiga yang terkenal dengan si pembuat onar. Dan itu jelas bukan tertawa sedang bercanda. Aku yakin mereka sedang mengejek lelaki itu. Kau tahu, orang membully terkadang tak perlu mempunyai alasan, mereka melakukannya karena ingin saja.
"Nam Seunghyo. Maju dan kerjakan soal ini." Titah guru matematika dari depan.
Seunghyo lantas berdiri. Namun, tak beranjak sedikitpun dari kursinya jadi murid lainnya memperhatikannya termasuk aku yang bingung dengan tindakannya.
"Nam Seunghyo, kenapa berdiri disitu saja? Cepat maju." Ucapan guru matematika itu terlihat jengkel dengan tindakan Seunghyo yang tak kunjung maju.
Pada saat itu bel berbunyi dan Seunghyo langsung memiringkan kepalanya sambil tersenyum. "Ini sudah waktunya istirahat, pak."
Dan saat itu aku menggumam, "Dasar orang gila."
____
Setelah jam belajar-mengajar berakhir sekitar pukul enam sore. Aku langsung berjalan keluar kelas untuk menuju gedung ekstrakulikuler. Khususnya ekstrakulikuler broadcasting yang berhadapan dengan gedung kelas.
Sebelum mencapai ruangan itu. Aku mendengar beberapa gerombolan lelaki yang kufikir ada disudut dekat toilet sedang berbicara samar-samar. Yang bisa kupastikan mereka sesekali mengumpati beberapa guru.