Lost in the city of Beauty

Claudia Kalavela
Chapter #3

Two

Sedangkan di kota Derom, tepatnya di dalam sebuah gedung pencakar langit, seorang wanita sedang menyenderkan tubuhnya ke balkon. Memandang jalanan yang penuh dengan mobil, di pinggir jalanan yang begitu luas, ia bisa melihat banyak orang – orang berlalu – lalang; tampak sibuk dengan kegiatan masing – masing. Tak jarang, ia matanya menangkap beberapa sekumpulan gadis yang terlihat begitu sosialita, sedang tertawa centil sambil menenteng tas mahal mereka. Wanita tadi terlihat tersenyum kecil. Ia sangat suka tinggal disini. Bagaimana tidak? Toko fashion terkenal ada di sepanjang jalan, mall megah dimana – mana, belum lagi beberapa fasilitas mewah yang begitu nyaman.

“Nyonya Brie”

Seketika sebuah suara berhasil membuatnya berhenti melamunkan segala kenikmatan yang ia dapatkan dalam kehidupan glamournya. Ia membalikkan badan sejenak, memastikan bahwa yang memanggilnya barusan adalah sekretarisnya.

“Katakan secepatnya, kau tahu aku tidak punya banyak waktu untuk beristirahat” ucapnya sambil melangkahkan kakinya mendekat ke sofa yang ada di balkon tersebut dan segera duduk disana sambil menyilangkan kakinya.

“Tuan  besar datang lagi kemari, dia bila-“

 “Usir saja dia, aku tidak mau bertemu dengannya lagi. Bilang padanya urus saja gadis pilihannya itu” ucap Brianna yang kini melipat tangan dan membuang wajahnya, lebih tertarik untuk kembali memandang salah satu mall megah kesukaannya. Mungkin setelah ini, dia harus membuat rencana untuk melakukan pijat relaksasi disana; guna melepas penatnya hari ini.

Wanita karir itu mendengus sinis.

“Dia masih menyebut dirinya tuan besar?” ucapnya pelan seakan – akan dia berbicara pada dirinya sendiri.

“Saya sudah mencoba nyonya, tapi…”

“Tapi? Dia merajuk lagi? Membawa bucket bunga lagi dan memohon maaf padaku? Katakan padanya untuk menyerah saja. Aku akan tetap pada keputusanku.”

Keheningan tak dapat dihindari. Itu karena sang sekretaris berpikir keras; benar – benar bingung dengan apa yang harus ia katakan nanti pada ‘calon’ mantan suami boss nya itu. Sedangkan Brie, begitulah dia biasa dipanggil, tampak sedikit melamun karena sekelibat memori masa lalu menyerang dirinya. Mengingat hari – hari dimana suaminya pergi meninggalkannya begitu lama demi kekasih simpanan yang sudah ditutupi darinya selama setahun. Brie dapat mengingat jelas betapa hancurnya dia saat itu. Kecurigaannya ternyata benar. Dan disinilah ia sekarang. Memutuskan untuk menceraikan suaminya itu. Setelah mengetahui bahwa Brie hendak menceraikannya, kini sang suami datang lagi padanya, mengaku telah mengakhiri hubungannya dengan si kekasih, dan ingin kembali membangun rumah tangga dengannya.

Bahkan beberapa kali pria itu kerap memberikan bucket bunga tak lupa dengan surat kecil berisikan permintaaan maaf. Bukan hanya itu saja, bahkan ia membelikan barang – barang mewah kesukaan Brie. Tak sadar, ia membuat seringaian di bibirnya, lagi – lagi mendengus sinis. Dia bukanlah wanita yang bodoh. Ia tahu bahwa calon mantan suaminya itu sengaja membujuknya untuk kembali lagi karena pasti pria manja itu merindukan betapa enaknya bersantai di rumahnya yang mewah, sedangkan Brie harus berkutat dengan pekerjaannya.

Lihat selengkapnya