Lost in the city of Beauty

Claudia Kalavela
Chapter #5

Four

“Nak…”

Erine menggeliat kurang nyaman, baru saja akan masuk ke dunia mimpi, tiba – tiba sebuah pergerakan di kasur membuat gadis itu mau tak mau membuka matanya. Ternyata itu adalah ibunya yang kini sudah duduk di pinggiran kasur sambil tersenyum tipis; benar – benar sangat jauh berbeda seratus delapan puluh derajat dibandingkan ketika ia sedang marah beberapa menit yang lalu.

“Ada yang ingin ibu tanyakan padamu”

Erine mengerjapkan matanya, penasaran. “Apa itu?”

“Begini, jika kau punya kesempatan untuk pergi ke kota Derom, apakah kau mau kesana?”

Erine mengangguk penuh semangat, tak lupa dengan semyum lebar di wajahnya. Namun, ia agak terkejut begitu melihat senyuman damai milik ibunya yang menenangkan perlahan memudar. Membuat Erine bertanya – tanya apakah ia salah menjawab?

“Nak, kau mau kesana karena kota itu terlihat sangat indah ya?”

Erine mengangguk lagi, kali ini tanpa senyuman. Ia bingung sekarang.

“Kau tidak salah, kota itu memang indah. Tapi, sebenarnya tidak seindah yang kau bayangkan selama ini.” Ucapan Tira berhasil membuat Erine mengerutkan keningnya. Tira menghela napas sebentar, dan memutuskan untuk menggeserkan tubuhnya, sehingga jaraknya dan Erine menjadi sedikit lebih dekat.

“Biar ibu beritahu sesuatu. Orang – orang di kota itu tidak baik dengan kita nak. Justru biarpun kelihatannya disana terlihat begitu mewah dan modern; tidak seperti disini, mereka punya satu kelemahan” Terjadi jeda sejenak.

“Walau kota mereka maju, tapi tidak dengan pemikiran mereka terhadap sesama manusia, bahkan pada darah daging mereka sendiri.” ucap Tira sambil mengetuk – ngetukkan jari tunjuknya di kepala. Tatapannya pun menunjukkan kekecewaan yang begitu besar.

“Lebih baik, lupakan saja kota itu nak. Sungguh, tak ada yang bisa merubah pemikiran orang – orang macam mereka. Tidurlah, dan pikirkan ujianmu besok ya? Kau harus bangun pagi – pagi.” Tira mengelus rambut putri angkatnya tersebut dengan kasih sayang. Ia beranjak untuk berdiri dari kasur Erine, lalu menunduk dan mengecup kening sang putri.

“Selamat malam sayang” ucapnya lembut lalu menutup pintu kamar Erine perlahan.

Lihat selengkapnya