Selasa depannya, Laura belajar lagi bersama Pak Daniel. Kali ini, mereka mendapat tugas untuk mencari tahu pengertian AI di Google.
“Cari informasinya di Google. Selengkap-lengkapnya. Nanti saya minta setiap anak bacain hasil searching-nya!” ujar Pak Daniel dengan suaranya yang tegas dan ramah. “Jangan coba-coba tanya ke AI, ya. Kalian harus membiasakan diri baca-baca artikel yang muncul di Google.”
Semua mulai mencari-cari informasi di Google. Laura tak butuh waktu lama untuk mencarinya. Dalam lima menit, tulisannya telah jadi. Dia puas dengan hasilnya.
“Sebentar, ya, anak-anak, saya dipanggil kepala sekolah buat ke ruangannya sekarang juga. Pastikan tulisan kalian sudah jadi begitu saya kembali!” Pak Daniel berkata sambil meninggalkan lab.
Laura tersenyum kecil. Diliriknya kedua temannya yang sedang pusing-pusingnya membuat tulisan. Masa segitu lamanya nyari pengertian AI?
Karena jenuh, Laura akhirnya beralih ke komputer di hadapannya. Dia melihat sebuah aplikasi AI yang terpampang di layar wallpaper komputer. AI itu bertuliskan “Echo.AI”.
Laura tergiur untuk mencoba AI itu. Dia segera mengeklik aplikasi tersebut setelah menyadari Icha, teman sebangkunya, tidak masuk hari ini. Kalau Icha masuk, sudah pasti dia akan melarang Laura untuk membuka-buka AI tersebut.
Tampilan Echo.AI itu mirip ChatGPT. Laura berpikir, Mungkin AI ini ada kesamaan dengan ChatGPT. Tanpa berlama-lama, dia segera menge-chat si AI.
Laura: Hai! Aku Laura. Bagaimana aku bisa memanggilmu?
Echo.AI: Senang berkenalan denganmu. Aku Echo.AI, panggil saja Echo.
Semula, Laura agak heran, Biasanya AI itu kalau disapa, balasnya pakai tanda pentung. Kok, ini kayak… biasa-biasa aja, ya? Tapi Laura segera menyingkirkan pikiran itu. Dia tidak mau memusingkan diri soal formalitas. Maka dari itu, dia menge-chat si Echo tanpa basa-basi lagi.
Laura: Apakah kamu tahu tentang keluargaku?
Echo.AI: Aku tahu segala sesuatu tentang dirimu, bahkan keluargamu. Oleh karena itu, jangan macam-macam denganku