Mind vs. Machine

Kiara Hanifa Anindya
Chapter #6

Chapter 6: Ketahuan

Pak Daniel melepas lelah di kursi putar. Lehernya sedang sakit. Meski begitu, dia tetap memaksakan diri untuk mengajar ekstrakulikuler coding dan AI di SMPN Lembayung 1.

Matanya menatap ke murid-muridnya yang asyik mencoba-coba AI untuk menganalisis sifat-sifatnya. Pak Daniel sendiri harus menyusun materi untuk minggu depan dan mempersiapkan diri untuk memberikan pengajaran di SMP lain besok.

Meskipun laptopnya dipenuhi oleh aplikasi-aplikasi AI, tapi Pak Daniel tidak sudi meminta bantuan kepada semua program itu. Dia tak ingin melanggar nasihat ayahnya dulu, untuk tetap mandiri meski berada di zaman modern. 

Mendadak, ada sebuah notifikasi WhatsApp yang muncul begitu pemakainya membuka aplikasi tersebut. Pak Daniel membuka chat yang baru saja muncul itu.

Mas, sejam lagi aku pergi ke toko buat beli baju baru. Aryan butuh celana dalam dan baju baru.

Pak Daniel mengembuskan napas lelah. Dia segera mengirim reaction berupa simbol “oke” ke pesan yang rupanya dikirim oleh istrinya. Setelah itu, dia membuka tab sebelumnya di Google untuk melanjutkan pekerjaannya.

Dua jam kemudian, Pak Daniel membolehkan semua murid untuk kembali ke kelas. Dia sendiri bersiap-siap hendak pulang ke rumahnya. Namun, ada sebuah pekerjaan lain yang memaksanya tinggal di situ sementara. Pak Daniel akhirnya membongkar tasnya dan kembali menumpang WiFi di situ.

“Lho, Pak, belum pulang?” Terdengar suara yang dekat dengan Pak Daniel.

“Eh, belum, Pak. Saya tinggal di sini dulu sebentar. Ada pekerjaan yang harus selesai saat ini juga,” balas Pak Daniel sambil menoleh ke pemilik suara itu.

Sang pemilik suara, yang ternyata Pak Aris (guru kelas 9C). Beliau memegang setumpuk dokumen dan sebuah buku catatan. Dalam hati Pak Daniel berkata, Aduh, mudah-mudahan nggak ada pekerjaan lagi yang perlu kuselesaikan.

“Oh, begitu. Saya pamit pulang duluan, ya.”

“Iya, iya, Pak. Selamat beristirahat.”

Setelah Pak Aris pergi, Pak Daniel melanjutkan pekerjaannya. Dia bertekad pekerjaan itu harus selesai sebelum sekolah tutup.

Tak lama kemudian, selesailah tugasnya, dan segera dikumpulkannya ke orang yang memberi tugas tadi. Pak Daniel segera mematikan laptopnya, memasukkannya ke dalam ransel, lantas bersiap-siap pulang.

Saat akan keluar dari lab, Pak Daniel terkejut melihat seberkas sinar dari salah satu komputer.

“Siapa yang nekad nyalain komputer di jam-jam sepi begini?” gumamnya sambil menghampiri sinar tersebut.

Alangkah terkejutnya dia begitu menyadari ada yang menggunakan komputer itu. Dia adalah…

“Laura!” seru Pak Daniel tertahan. “Kamu ngapain di sini?”

Yang ditanya lantas gelagapan. “Ngng… nggak ada apa-apa, kok, Pak. S-saya cuma mengecek apakah ada yang ketinggalan.”

Pak Daniel menggeleng tak habis pikir. Kalau ada yang ketinggalan, ngapain pakai nyalain komputer segala?

Lihat selengkapnya