Esok paginya, lagi-lagi Laura menyelidiki lab komputer tersebut. Siapa tahu dia tiba-tiba mendapat ilham.
Lab komputer terasa sunyi, seolah waktu berhenti di dalam ruangan itu. Monitor yang masih menyala seperti mata-mata yang mengamati setiap gerakan, merekam apa yang terjadi tanpa suara.
Laura menatap map biru di atas meja Pak Daniel. Seperti buku rahasia yang menunggu untuk dibuka, benda itu seolah berbisik, mengundang rasa penasaran yang semakin menggumpal dalam pikirannya.
Tangannya hampir menyentuh permukaan map ketika suara langkah kaki mengoyak keheningan.
Refleksnya bekerja lebih cepat daripada pikirannya. Dengan gesit, ia menyelinap ke balik lemari dokumen, menahan napas agar keberadaannya tak terdeteksi.