Laura memutar badannya, mengawasi setiap sudut di sana. Dia tidak takut dengan keberadaan “mereka” yang dimaksud Echo.AI. Dia hanya perlu berwaspada, karena siapa tahu “mereka” itu mendadak menyerang dari suatu arah.
“Siapa ‘mereka’ yang dimaksud?” tanyanya pada pria berjas hitam dan Pak Daniel. “Dan kenapa mereka mengetahui segala sesuatu tentang aku?”
Pria berjas hitam mulai menjelaskan. “’Mereka’ yang dimaksud adalah para pencipta AI ini, atau lebih tepatnya perusahaannya. Mereka membuat Echo.AI dan memanfaatkannya untuk mencelakai orang, termasuk kamu.”
“Tentunya dengan hal itu, kalian diajak bersekongkol,” tebak Laura.
Pria berjas hitam itu mengangguk. “Betul. Tapi kami menolak, karena kami tahu tujuan mereka bukan untuk sesuatu yang baik-baik. Saya dan Pak Daniel sudah berusaha menggagalkan usaha mereka, tetapi terlambat. Kami hanya berusaha agar data-data pribadi siswa yang kami peroleh tidak diambil dan digunakan untuk macam-macam.”
Laura menatap tajam ke arah Echo.AI. Sebenarnya, dia tidak benci terhadap AI ini, tapi dia benci terhadap orang yang menciptakannya. Seandainya orang-orang itu sudah disingkirkan, tentu Pak Daniel dan pria berjas hitam ini bisa mengontrolnya agar menjadi AI yang lebih berguna dan bertujuan baik.
“Bapak belum sempat mengenalkan diri,” ujar Laura pada pria berjas hitam.
“Nama saya Pak Rendo,” balas pria itu.