Laura bangun lagi. Dilihatnya kedua sahabatnya sudah pergi. Mungkin mandi. Atau sarapan. Dia bergegas mengecek handphone-nya yang sudah terisi penuh. Pukul 05:00.
Dia berlari ke kamar dan melihat Silvi sedang menyiapkan tas. Disambarnya handuk dalam lemari dan seragam.
“Hoiii!” teriak Silvi begitu kakaknya hendak keluar. “Mau mandi? Ada Kak Lily di dalamnya.”
“Sialan. Kok, nggak ngomong dari tadi, sih?” umpat Laura sambil duduk di atas ranjang.
“Makan dulu aja. Ada nasi goreng mentega buatan Kak Citra di dapur.”
Laura menuju dapur. Dia membuka tudung saji dan melihat sepiring nasi goreng favoritnya sudah menunggu, lengkap dengan sendok dan garpu. Dia buru-buru duduk dan menyantap sarapannya.
“Lau, baru bangun?” Tiba-tiba Citra memasuki dapur. Seragam sudah melekat di badannya.
“Ya. Lagi makan, nih,” jawab Laura dengan suara tidak jelas.
“Lo tidurnya pulas banget, sih. Gue sama Lily tadi subuh digigit nyamuk, dan akhirnya bangun buat shalat. Kami mau nyemprot, eh, tapi ada elo.”
“Kenapa nggak dibangunin aja?”
Citra nyengir. “Lo, kan, kalau dibangunin agak susah. Meskipun udah dipanggil ratusan kali, nggak bakal bangun juga elo.”
“Sialan lo.”
Laura mencuci piringnya dan mandi begitu Lily selesai.
“Berangkat, yuk?” ajak Lily sambil memasang jepit rambut.
“Tunggu Laura dulu. Kasihan dia kalau ditinggalin,” tolak Citra.
“Eh, iya, gue lupa kalau lagi di rumahnya Laura. Habis, rumah ini mirip rumah gue.”
“Dipikir cuma lo yang ngerasa gitu?”
“Sudahlah,” tukas Lily sembari memakai skincare-nya.
Akhirnya mereka siap berangkat ke sekolah.
“Vi, ke Bu Tuti dulu. Minta jagain rumah,” pinta Laura.