Mind vs. Machine

Kiara Hanifa Anindya
Chapter #29

Chapter 29: Akhirnya Gue Punya Internet!

Hari itu, rumah Laura kedatangan tamu, yakni Bu Sari. Bu Sari adalah orang terkaya di kompleks rumah Laura. Biasanya, Bu Sari membantu menghidupi keluarga Laura. Dia juga kadang memberikan uang yang lumayan banyak pada dua anak itu untuk makan sehari-hari.

“Nih, buat kalian,” kata Bu Sari sambil memberikan dua amplop tebal.

“Aduh, Bu, ini kebanyakan. Saya sama Silvi, kan, bisa hidup dari uang Paman,” kata Laura, mencoba menolak.

“Nggak apa-apa. Paman kamu, kan, cuma bayarin pajak rumah sama uang sekolah. Buat makan, beli ini-itu, juga kurang. Ini Ibu tambahin, biar hidup kalian nggak sengsara,” ujar Bu Sari sambil tersenyum.

Silvi menerima amplop sambil menggumamkan kata terima kasih. Laura pun mengikuti perbuatan adiknya.

“Ayo, Bu, masuk rumah dulu. Duduk-duduk, istirahat. Nginap sekalian nggak apa-apa, kok,” ajak Laura.

“Aduh, maaf, Ra, Ibu harus pulang sekarang. Mau jemput anak Ibu di tempat les,” tolak Bu Sari.

Laura tersenyum. Dia memberikan beberapa butir telur pada Bu Sari sebagai ucapan terima kasih. Bu Sari menolak, tetapi akhirnya menyetujui dengan berat hati.

“Kak, kenapa Bu Sari dipaksa terima hadiah dari Kakak? Kalau dianya nggak mau, ya, udah. Kenapa harus dipaksa?” tanya Silvi setelah Bu Sari pulang.

Laura tersenyum. “Itu namanya bukan maksa, Dik, itu adalah ucapan terima kasih. Kita udah dikasih uang sama Bu Sari, masa nggak kita balas? Orangnya udah baik banget ngasih uang dalam jumlah banyak. Kalau jadi orang itu harus tahu cara berterima kasih. Itu namanya saling menghargai dan tahu etika.”

“Kalau kitanya nggak punya apa-apa buat dikasih, terus gimana?”

“Ya, cukup bilang ‘Terima kasih’ aja dan doakan supaya orang yang ngasih dapat rezeki melimpah. Simpelnya gitu,” kata Laura.

“Terus habis orangnya dikasih rezeki yang melimpah, kita mintai uangnya?” Silvi terkikik.

Lihat selengkapnya