My Mine

Ainun
Chapter #2

Tentang Kita

Dia mendekatiku sambil tersenyum, senyumnya yang dulu membuatku amat bahagia. Namun kini keadaanku jadi tak karuan tubuhku tak bisa bergerak dengan semestinya bibir ini terasa kaku, Oh Tuhan aku sangat gugup sekali perasaan apa ini?

" Hai sayang, maaf ya aku baru datang sekarang " sapa Bintang pada seorang perempuan yang berada di depanku.

" oh... Sial ternyata dia sudah move on dariku " gumam Bulan kesal.

Tak kusangka dia tak melihatku ada di kerumunan itu, memang banyak yang menyambutnya tak seperti perkenalanku dulu di Rumah sakit ini. Memang rasa penasaran mereka sangat besar pada dokter muda lulusan luar negeri, sangat membuat kita ingin melihatnya lebih dekat dan ternyata itu adalah dia yang memang membuat semua orang di tempat itu terpesona dan kaget.

Terpesona dengan ketampanannya dan kaget ternyata dia sudah mempunyai pasangan, aku tak tahu mengapa berita tentangnya begitu cepat tersebat apalagi soal status dudanya, jujur aku sangat terganggu sekali saat semua orang membicarakan statusnya, aku takut mereka mengetahui masa lalu kami. Tapi sepertinya para wanita itu tak memperdulikan statusnya karena terlalu sibuk membicarakan ketampanan dan kecakapannya dalam bidang kedokteran di usia yang masih muda.

Sepertinya memang dia tak mengalami hal hal buruk yang aku alami disini. Dia dalam keadaan yang sangat baik, melihatnya memanggil wanita itu dengan sebutan sayang membuatku ingin muntah. Aku tak tahu mengapa aku jadi sangat membencinya sekarang. Apakah itu cemburu? Perasaanku jadi sangat kacau saat ini, aku merasa bodoh sekali kenapa aku harus melihat itu semua di depanku. Kenapa juga aku merasa penasaran seperti yang lain,padahal biasanya aku tak pernah peduli dengan kedatangan orang baru.

Di Rumah sakit swasta ini memang cukup sering ada pergantian karyawan, kadang mereka hanya ingin mencari pengalaman. Kalau mereka sudah merasa cukup mereka lebih memilih Rumah sakit negeri yang lebih baik tentunya. Ini juga cukup memgherankan bagiku kenapa juga lulusan luar negeri seperti dia harus datang ke Rumah sakit kecil di tempat ini. Aku buru buru meninggalkan tempat itu, ah bodohnya aku mengikuti rasa penasaranku aku kembali ke ruang dokterku, dan tak kusangka dia mengikutiku masuk.

" Maaf aku tak menyapamu tadi " suara dibelakangku membuyarkan lamunanku. Aku kaget karena ternyata itu dia.

" Oh Hai, aku juga minta maaf karena tak kusangka ternyata itu kau " jawab Bulan dengan sedikit gugup.

" Bagaimana kabarmu ? " Kami berdua bersama sama mengucapkannya.

Apa ini apakah dia canggung juga bertemu denganku,ciihh!!..

" Kabarku baik, oh ya apakah dia istrimu?" ucap Bulan mencoba mencairkan suasana canggung

" Kabarku juga baik, oh bukan dia pacarku.Kau sendiri apakah sudah punya kekasih atau suami? " Tanya Bintang

" Tidak, aku sibuk belajar dan mengejar impianku jadi aku tak terlalu peduli dengan hubungan " Jawab Bulan merasa percaya diri

" Oh.. Baiklah kalau begitu selamat bekerja,sepertinya kau sangat sibuk hari ini " ucap Bintang sambil tersenyum simpul

" Iya ,terima kasih kau juga selamat bekerja " jawab Bulan meninggalkan Bintang.

Aku tahu pasti dia merasa kalau aku sangat aneh karena terus menghindarinya,tapi bagaimanapun juga memang itu yang bisa kulakukan saat ini posisiku sangat riskan tak mungkin aku harus jadi akrab dengannya dan membuat semua orang curiga, setelah aku menutupi semua keadaanku di tempat ini merasa diriku sudah lebih baik sekarang, mencoba jadi single yang sukses dan independent. Tapi ternyata itu sangat sulit, kadang aku memang selalu merasa kesepian dan merasa rendah diri, kadang aku menginginkan keadaanya jauh lebih buruk dariku tapi kadang aku berfikir sebaliknya dan mencoba ikhlas menerima semua yang telah terjadi. Perceraian itu memang tidak mudah ternyata, aku fikir karena umurku masih muda aku bisa melewatinya biasa saja tapi ternyata itu cukup sulit buatku, aku tak tahu apakah dia juga sama sepertiku. Apakah memang kami sudah bisa menerima keadaan ini? Bukankah harusnya Kami sudah cukup berfikiran dewasa sekarang? tak seperti saat itu. Umur kami saat itu masih 17 tahun dan kami harus menikah atas kemauan orang tua, kami sangat bingung dan tak pernah tau harus berbuat apa dan bagaimana menjalani rumah tangga. Hal yang dulu amat kuimpikan bisa menikah dengan pria yang kusukai dan hidup bahagia,itu ternyata hanya ada di cerita-cerita romantis belaka, sedangkan kehidupan nyata jauh dari itu, memang semua kehidupan hanya indah terlihat dari luar melihat pasangan-pasangan romantis di media sosial mungkin itu hanya bingkai belaka, kenyataan sebenarnya mungkin lebih buruk dari keadaan kami hanya pendewasaan diri dan tergantung sejauh mana keyakinan masing-masing bisa melewati banyak masalah bersama atau tidak. Banyak masalah yang kuhadapi sehingga kadang kekanak-kanakan jadinya Kami bahkan terkadang tak tinggal serumah terkadang malah tinggal dirumah orang tua masing masing. Kami masih numpang hidup dengan orang tua, saat itu kami tak perduli dengan keadaan masing masing,kadang ibuku sering menasehatiku untuk mengikutinya kemanapun dia pergi. Namun aku tak mau karena merasa itu hanya akan membuat keadaan kami makin buruk, dia tak pernah menyentuhku tentu saja itu sangat membuatku bingung. Apakah setidak menarik itu aku dihadapannya. Walau memang aku sangat beruntung mungkin karena aku masih bisa menikmati masa mudaku dengan tak terbebani. Terkadang aku juga ingin bersamanya layaknya pasangan suami istri, setidaknya aku sudah berusaha menjadi pasangan yang baik untuknya, walau mungkin tak cukup baik menurutnya, apalah daya kita manusia tak pernah benar-benar tahu isi hati dan fikiran orang lain sekalipun itu pasangan kita sendiri. Bahkan kedua orang tua kita sendiri, dulu aku kecewa dengan keputusan ayahku menikahkan kami padahal masih banyak impian yang ku kejar, namun setelah ayah meninggal aku baru tahu justru mereka amat sangat ingin melindungiku dari fitnah, mereka takut aku terbawa pergaulan yang akan merugikan diriku sendiri, dan mereka merasa kalau Bintang cukup baik untuk bisa menjagaku. Walau kita tidak tahu takdir kita akan seperti apa.

Kami memang masing masing bekerja namun gaji kami seperti tak pernah cukup untuk membiayai kehidupan kami sehari hari. Bahkan untuk memabayar pengobatan ibukupun aku harus meminjam sana sini dan bisa terlunasi saat aku telah bercerai dengannya. Hal itu membuatku bersyukur mungkinkah seharusnya aku tak menikahinya dulu, aku pasti bisa hidup lebih baik. Tapi benarkah? Yang baik menurut kita belum tentu baik dimata Tuhan, bisa saja memang kalau aku tak menuruti keinginan orang tuaku hidupku berantakan walaupun didikan mereka baik tapi aku manusia yang punya nafsu dan punya dosa yang tak terasa, punya ego yang amat tinggi dan merasa kalau hidup masih lama dan bisa bertaubat kapan saja.

Kehidupannya juga tak seindah kelihatanya kejadian tak terduga juga menimpanya saat ayahdan ibunya bercerai dan meninggal dia harus merawat Ibu tiri dan adiknya yang juga harus dia dibiayai kehidupanya hal itu seaakan menjadi beban berat bagiku. Setiap hari aku harus bolak balik dari rumah ibuku kerumahnya untuk memasak,mencuci dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya. Aku bangun jam 2 pagi untuk menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Jarak rumah kami memang cukup jauh aku harus memakai angkutan umum untuk bolak balik dan semua harus selesai di pagi hari sebelum aku berangkat mengajar, awalnya aku merasa baik baik saja namun sepertinya rasa lelah menggerogotiku saat itu, aku mulai sering marah dan tak terima dengan keadaan ini. Adik Bintang yang baru berumur 5 tahun dan Ibunya juga sudah cukup berumur saat itu jadi tidak ada yang bisa diandalkan untuk seledar membersihkan rumah. Aku kadang sering menangis sendirian di kamar merasa hidupku amat menyedihkan karena kulihat teman temanku mempunyai hidup yang lebih baik dari aku. Padahal kita tidak tahu yang sebenarnya mereka alami namun mereka menutup-nutupinya saja, karena Tuhan Maha Baik menutupi aib-aib kita walaupun kita manusia yang hina dan banyak dosa. Aku tau itu adalah sifat terburuk manusia merasa iri dengan kehidupan orang lain. Tapi memang keadaanku saat itu membuat aku ingin mengakhiri semuanya, kalau tak karena aku masih mempunyai iman aku mungkin sudah sangat putus asa. Padahal ayahku sering bilang kalau manusia sudah punya rezeki dan jalan hidup masing masing jadi tidak peelu merasa iri, tapi entah kenapa bulan bulan pernikahanku sifat dan sikapku amat sangat buruk.

Kamu tau yang dilakukan bintang saat bersamaku sangat memuakan, setiap pagi dia hanya sibuk bermain game lalu berangkat bekerja dan pulang masih seperti itu. Sedangkan aku yang kocar kacir kesana kemari bekerja,membantu pekerjaan rumah tangganya dan mencari uang lebih. Aku juga mengajar les private saat itu dan selalu pulang larut malam dan kulihat dia hanya bersantai santai. Kalau aku mengomentarinya dia pasti bilang kalau dia sudah melaksanakan kewajibanya mencari nafkah.

Lihat selengkapnya