Cherry bukan perempuan cantik apalagi manis yang sering dibanggakan perempuan lain. Wajahnya biasa saja, warna kulitnya hitam dan kusam. Membuat orang orang tak berniat memandangnya dua kali. Berbeda sekali dengan adiknya yang cantik dan anggun. Cherry sangat iri pada kesempurnaan adik tirinya itu, tetapi dia tidak bisa menunjukkan ketidaksukaannya itu pada Bella. Diusia yang belia, Bella sudah menjadi model di beberapa majalah. Itu membuat dia semakin dikagumi oleh orang orang. Dan tanpa sadar menjelekkan Cherry yang mereka rasa tidak pantas hidup diantara keluarga Atmajaya. Kalau boleh memilih Cherry tidak mau hidup diantara keluarga Atmajaya yang dikatakan sempurna dari luar, busuk didalam.
Beberapa malam sudah dilalui Cherry dengan tidur di gudang belakang rumah. Gudang tersebut mungkin lebih buruk daripada kamar pembantu rumahnya. Cherry rasanya sangat merindukan kasur di kamarnya yang lembut, berbeda dengan tempat tidurnya di gudang ini yang hanya beralaskan tikar tipis, berselimut angin dan berbantal lantai itu sendiri.
Lantai yang dingin menyambutnya ketika membuka pintu gudang, mata Cherry sudah meredup karena mengantuk. Dia baru saja selesai makan ditengah malam, takut anggota keluarga yang lain tahu dia mengendap-endap mencuri makanan di rumah sendiri. Cherry terpaksa harus menunggu semuanya tidur agar bisa makan. Tangannya mulai meraba dinding mencari sakelar lampu. Ditemukannya sakelar tersebut lalu dihidupkannya segera, lalu menutup pintu. Bergerak mengambil tikar tipis di belakang pintu dan merapikannya sebentar lalu berbaring di atasnya.
Suara cicitan tikus terdengar, dia hanya menatap keatas, ke langit langit gudang. Tidak ada yang berubah baginya, semuanya tetap berjalan seperti biasa. Angin berhembus melewati fentilasi jendela, menggelitik telapak kaki Cherry.
"Apa ini memang jalan takdirku?" tanya Cherry dengan pandangan lurus. Tentu saja tidak ada yang menjawab kecuali angin yang terus berhembus kencang. Ayahnya sedang tidak berada di rumah yang membuat Cherry harus tidur di gudang atas perintah ibu tirinya. Hidup Cherry sudah seperti di dongeng Cinderella saja, tapi sayangnya Cherry tidak punya wajah cantik seperti Cinderella. Dia terkekeh geli. Ibu tirinya yang kejam itu tidak akan membuat dia hidup tenang.
Mata Cherry semakin lama rasanya semakin berat lalu mulai menutup. Dia seakan terus ditarik kedalam jurang tak berdasar seperti hidupnya yang tak pernah menemukan Koda.
Cherry rasa dia baru saja tidur, tetapi tiba-tiba saja dia dikejutkan dengan siraman air dingin ditubuhnya. Membuat dia cepat cepat berdiri sambil menghirup rakus udara. Di depannya berdiri seorang perempuan cantik berkacak pinggang menatap Cherry melotot.