Mini Market Warisan

Rizky Ade Putra
Chapter #15

Hidup itu bukan soal memilih, tapi juga bertahan

Namun, disaat Aku pulang kerumah pada hari itu dengan wajah yang berseri – seri di depan Papah, Ia pun langsung mengetahui apa yang sedang terjadi pada anak-nya. Padahal, Aku tidak mengatakan ataupun menanyakan satu kata pun pada-nya. Tapi mengapa Ia bisa mengetahui dengan tepat apa yang sedang terjadi pada anak-nya ini.

Mungkin itulah yang disebutin ikatan batin antara anak dan orang tua. Dan terlebih lagi, Ia sudah mengurusi selama kurang lebih 17 tahun sampai saat Aku tingkat SMA kelas 1 pada saat itu. Jadi wajar saja, jika orang tua mengetahui seperti apa yang sedang anak-nya alami walaupun, hanya melihat dari raut wajah anak itu sendiri. Entah itu perasaan, senang, bahagia, susah, sedih atau apapun itu.

Disaat Aku baru saja pulang dari sekolah setelah merayakan acara perpisahan OSIS, Aku pun langsung duduk sejenak diruang tamu dan menonton TV dengan, Papah-ku yang sedang membaca koran.

“Kalau dilihat dari wajah-mu, sepertinya Kamu sedang jatuh Cinta. . .” Ucap Papah dengan mata yang tetap tertuju pada koran bacaan-nya.

Dan karena Aku terkaget bisa – bisanya Papah mengetahui Aku yang sedang merasakan indah-nya jatuh cinta, padahal hanya dengan melihat wajah-ku saja, Aku pun juga tidak bisa berbohong.

“Hehehehe Iyaa Pah. . . Kok Papah tahu sih. . .” Tanya-ku pada Papah yang sedang membaca Koran.

Karena Aku bertanya, dan Papah pun tidak ingin mendiami anak-nya yang sudah cukup dewasa ini, Papah pun melihat koran yang sedang Ia baca, menyeruput Teh buatan Mamah-ku, dan berakata, “Kamu kira Papah tidak pernah merasakan posisi yang sedang Kamu rasakan saat ini? Tutur Papah.

“Kirain Pah. . . Hehehehe.” Jawab-ku dengan sedikit menyeringai.

“Memangnya perempuan mana, dan seperti apa yang bisa membuat-mu jatuh Cinta? Sampai membuat kamu tersenyum – senyum sendiri seperti orang Gila. . .” Tanya Papah dengan tangan perkasa-nya yang di letakkan di pundak-ku.

Wajar rasanya jika Papah-ku berkata dengan pertanyaan “Memangnya perempuan mana, dan seperti apa yang bisa membuat-ku jatuh Cinta.” Karena memang sebelumnya Aku tidak pernah sampai sesenang ini merasakan indah-nya jatuh Cinta, termasuk dengan Rosma saat tingkas kelas 1 SMP kala itu. Mungkin karena Aku masih dalam usia yang sangat amat polos saat itu, dan tidak seperti usia-ku yang sudah menginjak 17 tahun, dan menginjak sekolah tingkat 3 SMA.

Lihat selengkapnya