Percakapan saya ini terjadi beberapa waktu lalu dengan teman kantor sembari menikmati makan siang di pantry.
"Anak tanpa gadget, mungkinkah?" Pertanyaan itu meluncur dari mulut teman saya begitu saja setelah suapan pertamanya telah sukses melewati bibir mulutnya. "Gadget saat ini itu serupa Tuhan baru bagi anak-anak kita. Bahkan, bagi kita. Setiap waktu mereka tidak bisa terlepas dari handphone. Jaman kita dulu sangat mungkin. Belum ada gadget. Tapi, sekarang mana bisa?"
Aku menjawabnya serius. "Kenapa, mukamu murung. Apa ada hubungannya dengan anakmu yang mulai kecanduan gadget?"
"Iya, Handphone-ku rusak karena dibanting anak tadi pagi, sewaktu aku mau alihkan dia untuk menonton TV. Betul-betul meresahkan." Mimik mukanya berubah kesal.
"Tidak heran, banyak anak yang mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Terlambat bicara, sering rewel, tantrum, susah diajak komunikasi, tidak fokus bila dimintai tolong bahkan bila dipanggil tidak segera menyahut. Persis. Itu yang dialami putra sulung saya yang pertama. Dan itu saya menyesalinya sampai saat ini. Sebisa mungkin, anak kedua saya tidak kecanduan gadget."
" Caranya, Bro?"
"Saya biasanya mengalihkan gadget dengan mengajak anak bermain bersama, mendongeng dengan cerita-cerita fabel, epos atau cerita lucu, semisal cerita Abu Nawas atau juga cerita Nabi dan Rasul. Selain itu, mengajaknya untuk melakukan kegiatan diluar rumah, semisal; jalan- jalan mengelilingi kompleks, atau mengekplorasi pekarangan rumah dengan mengajak dan mengajarinya berkebun atau menanam bunga."
"Bagaimana kalau cara-cara itu tidak berhasil?" Temanku semakin antusias mendengar tips minimalis parenting dariku.