Tangan Raida menggenggam tanganku dengan sangat erat. Tubuhnya gemetar hebat, keringat mengucur deras membanjiri tubuhnya. Raida sangat syok. Matanya mengerjap berkali-kali menatap sebuah benda aneh yang ada di hadapan kami berdua.
Aku membuang napas berkali-kali, berusaha menghilangkan rasa takut yang sebenarnya sudah menjalar ke seluruh tubuh ini. Tapi aku harus tetap kuat, karena jika aku menampakkan rasa takutku dihadapan Raida, dia juga akan semakin merasa takut.
Hatiku yang sudah bergejolak agar aku menyingkir dari kamar, kalah oleh akal pikiranku yang memaksaku untuk berani menghadapi benda itu-benda yang aku yakini mempunyai kekuatan magis.
Dengan tubuh gemetar, aku berusaha bangkit berdiri. Mataku tidak berkedip sekalipun menatapi benda yang ada di hadapan kami. Benda aneh dengan pancaran sinar dan bentuk yang tidak biasa membuatku bergidik ngeri. Apakah ini semua hanya mimpi dikala tidurku bersama Raida tadi? Aku berharap begitu.
Bruk
"Shit!" tiba-tiba saja aku terjatuh. Seolah ada benda yang membuatku tersandung. Tapi tidak ada apa-apa di lantai. Tidak ada satupun benda yang berserakan dan bisa membuatku tersandung.