Miracle Spring

Pamella Paramitha
Chapter #1

Chapter tanpa judul #1

Ada banyak momen indah terlukis di bulan April. Bagi para pelajar di Jepang, awal April adalah masa memulai tahun ajaran baru di sekolah. Ditambah, dengan bunga sakura yang sedang bermekaran di bulan itu, menggambarkan sebuah keromantisan musim semi.

Semua orang suka musim semi. Deretan pohon sakura dengan bunga-bunganya yang berguguran menghiasi sepanjang jalan setapak. Mereka yang berlalu lalang di jalanan itu menikmati keindahannya. Tawa canda, senyum, decak kagum menghiasi wajah orang-orang.

Kecuali, seorang gadis yang berada di tengah kerumunan. Dalam semarak awal musim semi, sekaligus hari pertama masuk sekolah, tak ada sinar bahagia di wajahnya. Sosok yang mengenakan masker serta kacamata tebal itu melangkah gontai dengan wajah tertunduk. Suara bersin-bersinnya mengundang perhatian dari beberapa pejalan kaki lain.

Gadis itu bernama Saki Matsumoto. Nama kecilnya memiliki arti "bersemi", sebuah nama yang kontras dengan nasib yang harus ia alami. Entah bagaimana bisa orang tuanya memberi nama itu, sementara ia harus menderita sepanjang musim semi. Ia mengalami alergi serbuk bunga. Gejalanya berupa bersin-bersin, mengeluarkan ingus, serta mata memerah berair ketika ia menghirup aroma serbuk sari yang bertebaran. Untuk meminimalisirnya, maka sepanjang musim semi, ia akan memakai masker, kacamata khusus, dan sarung tangan.

Tahun ini, ia sudah kelas 3 SMA. Tiap tahun ajaran baru, gadis itu akan menjadi pusat perhatian karena perlengkapan aneh yang ia kenakan. Beberapa ada yang meledek sambil terkikik geli melihatnya bersin berkali-kali. Tentu saja perlakuan itu membuatnya kesal. Ia bernama Saki, sayangnya ia tak bisa menikmati musim semi. 

Napas gadis itu terhembus pelan, setelah memungut salah satu kelopak bunga yang tergeletak di tanah. Sebenarnya bukan salah pohon sakura. Alergi ini karena tanaman lain yang serbuk sarinya berterbangan tepat di awal musim semi. Namun, bunga pink ini tetap kena imbas darinya.

"Andai aku bisa menikmati keindahanmu tanpa terhalang benda-benda bodoh ini." Gumaman Saki semakin tak terdengar karena terhalang masker. Setelah memandangi bunga sakura itu, ia pun kembali melangkah menuju ke sekolah. 

***

Saki Matsumoto ditunjuk sebagai ketua kelas 3A. Sosok yang bahkan masih mengenakan maskernya di kelas tak bisa menolak permintaan guru serta teman sekelasnya. Ia mendesah lemas sambil mengiyakan. 

Pada jam istirahat, sensei memanggil Saki ke ruang guru. Sebagai ketua kelas, ada sesuatu yang harus ia kerjakan hanya selama musim semi ini. Embel-embel “Tugas Khusus” yang disebutkan sensei-nya pun membuat Saki penasaran.

"Matsumoto, tahun ini, kau sekelas dengan Haru Kiseki," ucap sensei bersanggul dan berkacamata tebal itu pada gadis yang masih setia dengan maskernya, bahkan di ruang guru. "Kiseki-kun adalah siswa yang mendapat perlakuan khusus dari kami. Ia memiliki ketakutan terhadap bunga sakura. Karena kejadian traumatis di masa lalunya, ia menolak masuk selama musim semi berlangsung. Orang tuanya sudah meminta izin pada sekolah, jadi ia akan belajar di rumah selama musim semi. Memang kami tidak bisa banyak ikut campur soal urusan keluarga." Ucapan sensei berubah menjadi gumaman di kalimat akhir. Setelah menghembuskan napas, ia kembali menghadapi wajah Saki yang tanpa ekspresi itu.

"Ketua kelas bertanggung jawab mengabari tugas sekolah padanya. Ia akan menyerahkan tugas itu padamu jika sudah selesai. Setelah itu, kau kumpulkan pada sensei," jelas wanita itu lagi. "Dengan kata lain, kau menjadi penyambung antara Kiseki-kun dan para guru. Hanya sekitar satu bulan ini aja, kok." Senyum tipisnya merekah sebagai bujukan. Saki pun mengangguk pelan menyanggupi. Memang tugasnya tidak terlalu membebaninya. Lagipula cuma satu bulan.

Sensei memberi kontak Kiseki Haru pada Saki. Di akhir kegiatan belajar, ia menelepon nomor itu untuk memperkenalkan diri. Saki membuka maskernya, karena takut suaranya tak terdengar saat bicara lewat telepon.

"Ya?"

Suara lirih itu dibalas oleh bunyi bersin-bersin dari sang gadis. Saki langsung merasa bersalah.

"Maaf! Tolong jangan ditutup dulu!" Saki menahan bersinnya. Matanya mulai berair "Maaf! Aku Matsumoto Saki, ketua kelas 3A. Kau sekelas denganku," jelasnya "Mungkin sudah tahu ya?" Tanya Saki ragu saat si penerima telepon tidak bereaksi.

"Ah, ya." Akhirnya sosok di seberang sana menjawab lesu. "Ada tugas hari ini?"

"Ya, bahasa inggris, halaman…." Saki membuka bukunya "Sembilan. Membuat karangan tentang perkenalan diri."

"Ada lagi?" Suaranya masih terdengar datar. Saki agak bergidik dengan nada bicara misteriusnya. Ia pasti anak yang mengerikan.

"I-Itu saja."

"Deadline?

Lihat selengkapnya