Miracle Spring

Pamella Paramitha
Chapter #5

Chapter 5

Pagi hari, Saki sudah berada di depan gerbang rumah Haru. Sebelum datang ke sini, Saki sudah mengingatkan pemuda itu untuk menyerahkan tugas Kimia padanya. Pesannya memang tidak dijawab. Namun, gadis bermasker itu menunggu sejenak sampai sang pemilik rumah mau menampakkan diri.

Lima menit berlalu, Saki mencapai batas kesabaran. Ia menghubungi Haru. Nada sambung terdengar lama, pertanda kalau panggilannya tidak dijawab.

"Ayo, Kiseki..." tukas Saki lirih saat ia mencoba menghubungi pemuda itu lagi. Hanya nada sambung yang kembali mengalun. Panggilan darinya tetap tak direspon.

"Tolong jangan menyusahkanku..." gumam Saki pilu. Apakah pemuda itu tak memiliki perasaan, membiarkan seorang ketua kelas susah payah ke sini, bahkan menunggunya sampai mau menyerahkan tugas?

"Masih menunggunya?" Teguran Aoki mengalihkan perhatian Saki. Sosok yang sudah bersiap dengan sepedanya itu terlihat santai dengan wajah tanpa dosa sedikitpun. Padahal, ia adalah biang dari masalah ini.

Saki mendengus kesal, mengabaikan keberadaan Aoki. Lebih baik ia berkutat dengan ponselnya untuk menghubungi Haru.

"Percuma saja. Ia hanya pengecut."

"Diam!" Saki menatap tajam. Ia memutus sambungan lalu beralih memanggil pemuda itu langsung.

"Kiseki!"

Tak ada jawaban. Tirai di kamarnya tetap menutup rapat.

"Kiseki! Berikan tugasmu!"

Suasana rumah tetap sepi. Saki pun menghela napas, hendak memanggil nama pemuda itu lagi. Namun sentuhan Aoki pada pundaknya menghentikan kegiatan Saki.

"Percuma."

"Itu semua karena kau!" sembur Saki seraya menuding pemuda itu. Aoki tetap menanggapi santai.

"Biarkan saja. Kalau ia tak mau mengumpulkan, ya tinggalkan."

"Tapi bagaimana aku bicara pada sensei!?" sergah Saki.

Aoki menghela nafas. "Ya bilang saja ia malas," jawabnya enteng.

"Kau pikir sensei akan percaya, HAH!?" Saki murka. Ia bertolak pinggang. Sikap kesal gadis itu malah membuat Aoki menahan tawa.

"Ayo, mau bareng lagi, tidak?" Aoki memperlihatkan arlojinya pada Saki. Dua puluh menit lagi, bel masuk akan berbunyi.

"Kusarankan, kau jangan terlalu memanjakannya seperti ini. Kalau ia menolak keluar, ya kau tinggal saja."

"Kenapa kau sebegitu bencinya pada Kiseki?!" Saki menatap tajam sepasang manik coklat Aoki. Yang bersangkutan hanya balas menatapnya datar, menolak untuk menjawab. Setelah itu, ia berpaling.

"Aku pergi ya."

Lihat selengkapnya