Miracle Spring

Pamella Paramitha
Chapter #7

Chapter tanpa judul #7

Kondisi Saki mulai membaik. Bersinnya hilang sehingga ia bisa bernafas dengan normal. Gadis itu menarik napas lega sambil bersandar di sofa. Ia sempat bepikir macam-macam. Tindakannya memang nekat dan bodoh. Untung saja saat ini ia sudah mendapat pertolongan.

"Sudah mendingan?" Ishida yang duduk di sampingnya bertanya. Saki mengangguk cepat.

Keduanya langsung berpaling pada satu sosok yang duduk memeluk lutut di sofa lain. Haru berhadapan dengan mereka, namun ia menolak untuk bertatapan dengan dua temannya itu.

"Maaf." Sosok itu menggumam. Saki dan Aoki saling berpandangan. Aoki mengangkat bahunya.

"Kami benar-benar mengkhawatirkanmu," ujar Saki. Aoki hanya bersandar sambil bersedekap. Ia masih malas ngobrol dengan sosok itu, jadi lebih baik membiarkan Saki yang bicara padanya.

"Kau baik-baik saja selama ini?"

Haru hanya mengangguk pelan.

"Tugas apa yang kulewatkan?" Ujar pemuda itu di sela keheningan. Saki sedikit bingung untuk menjawab. Ia mengingat-ingat lagi.

"Banyak," ucapnya. "Besok ada deadline matematika. Hari ini, sensei memberi tugas bahasa inggris dan fisika."

"Bahasa Inggris dari Kino-sensei ya?" Aoki nimbrung. Saki berpaling pada sosok santai itu lalu mengangguk.

"Dari halaman 22 ya?"

"Ya! Kau juga mendapat tugas yang sama?" Saki membulatkan matanya. Aoki tertawa pelan sambil mengangguk.

"Setiap kelas pasti diberikan tugas yang sama," jelasnya "Deadline-ku lusa, kau kapan?"

"Jumat," jawab Saki. Hanya beda sehari dari deadline Ishida.

"Mau kerjakan berbarengan?" ujar Saki sambil tersenyum dan memperhatikan mereka berdua. Aoki memalingkan wajah, sementara Haru terus menunduk. Tentu saja dua sosok yang masih perang dingin itu akan menolak ajakannya.

"Ya?" tegas Saki sambil tersenyum lebar. "Kulihat juga materinya agak sulit."

"Kalian berdua saja. Aku 'kan beda kelas." Ishida langsung menolak. Ia menopang dagu di pegangan kursi, mengedari pandangan ke arah lain. Saki beralih pada Haru. Yang bersangkutan tidak bicara apapun, hanya menunduk saja. Namun dari gelagatnya, ia pasti keberatan juga dengan usulan gadis itu.

"Ayo," ajak Saki lagi, tidak menyerah dengan respon mereka. Saki tersenyum, menarik Aoki untuk berpaling pada mereka.

"Aku bisa mengerjakannya sendiri." Ishida masih berkeras. Ia beralih mengambil tasnya lalu berdiri.

"Aku pergi ya. Kau sudah mendingan juga." Ia melihat Saki, namun menolak bertatapan dengan Haru.

"Mesra-mesra, ya!"

Salam perpisahan yang begitu menyebalkan. Saki melotot dan hendak protes, namun pemuda itu sudah keburu meninggalkan mereka. Saki pun beranjak dari kursi untuk menyusulnya. Sampai di genkan, gadis itu hanya memperhatikan punggung tegapnya yang agak membungkuk saat mengikat tali sepatu.

"Kau tidak mau mencoba memperbaiki hubunganmu? Sampai kapan kau akan membencinya?"

Saki bertolak pinggang. Aoki menghentikan aktivitasnya lalu menengok.

Lihat selengkapnya