Sobekan terakhir berhasil ia satukan dengan selotip. Fotonya bersama Aoki dan Akari pun tersusun seperti semula. Wajah bahagia ketiganya saat berpose di depan sebuah pohon sakura.
Sinar mentari membias ke dalam ruangan. Ia berpaling melihat ke luar jendela. Tirai yang menghalangi telah ia singkapkan. Pemandangan di luar jendela pun terlihat jelas. Suasana pagi di sebuah perumahan, berhias langit biru. Di ujung jalan, ada taman yang diselimuti oleh bunga sakura berwarna pink muda.
Waktu masih menunjukan pukul tujuh pagi, namun ia sudah semangat membuka jendela untuk merasakan rembesan sinar matahari. Haru berdiri di balik jendela untuk melihat pemandangan itu lebih dekat. Dengan pandangan yang terarah pada taman sakura, ia menyentuh kaca jendela. Dari kejauhan taman itu kini tidak membuatnya takut. Mungkin dalam waktu dekat ia sudah bisa leluasa lewat di sana.
Semua karena Saki dan Aoki yang selalu memberinya semangat. Sapaan pagi hari mereka memotivasi Haru untuk mengatasi ketakutannya. Dimulai dari menyingkapkan tirai lalu mengintip dari kegelapan ruangan, kini pemuda itu bisa menghadapi hangatnya mentari dari jendela kamar.
Bunyi ketukan tedengar disusul oleh derit pelan saat pintu kamarnya terbuka. Disambut oleh suasana kamar yang terang sekaligus hangat, Sang ibu langsung menampakkan wajah sumringah sekaligus tersenyum haru. Rasanya senang melihat perubahan positif anaknya. Dalam waktu seminggu, kamar Haru yang selalu gelap kini bisa terang dengan hadirnya sinar mentari.
"Sarapan." Haru mengangguk menanggapi ajakan ibunya. Ia mengikuti ibunya menuruni tangga. Sampai di ruang makan, Haru duduk menghadapi sarapan paginya sementara sang ibu mengambil tempat di depannya.
Keduanya mulai makan. Tak ada yang saling bicara, sampai Haru mengatakan sesuatu di sela-sela makan.
"Aku akan masuk sekolah," Raut wajahnya tenang. Ibunya justru yang terlihat cemas.
"Kau yakin? Sudah tidak merasa takut?"
Haru hanya menggeleng. "Aku akan meminta Aoki mengantarku ke sekolah," jelasnya. Ia jeda untuk menggigit roti bakar.
"Aku ingin melawan rasa takutku ... perlahan-lahan."
Sang ibu mengangguk sambil tersenyum lembut. Jari-jarinya menggapai rambut hitam pendek sang anak lalu mengurainya. Haru hanya menunduk sambil melanjutkan makan paginya.
"Teman-temanmu selalu ke sini?" Ibunya tak lepas mengulum senyum. Haru mengangguk lagi.
"Aoki-kun ... lalu gadis itu ...?"
"Matsumoto ... Saki." Haru menyebutkan nama gadis yang dimaksud. Ibunya ber-oh pelan. Aoki memang dekat dengan anaknya sejak kecil, sedangkan gadis bernama Saki itu sepertinya baru kenal sejak berada di kelas tiga.
Tak berapa lama, mereka menyudahi sarapan. Sang ibu seperti biasa meletakan piring dan gelas kotor ke bak cuci. Setelah itu, ia sibuk lalu lalang untuk bersiap ke kantor. Haru melangkah ke tempat cuci piring lalu membersihkan peralatan makan kotor mereka. Keduanya hanya saling diam sampai sang ibu pun berpamitan padanya. Haru belum menyudahi tugasnya ketika sang ibu memeluk lalu mengusap rambut hitamnya.