Aoki sudah berada di depan gerbang rumah kediaman keluarga Kiseki sesuai waktu janjian mereka, yaitu pukul setengah sembilan pagi. Namun keadaan rumah yang terlihat sepi membuat Aoki khawatir. Jangan-jangan sosok yang kemarin bersemangat untuk masuk sekolah malah lupa oleh tekadnya sendiri.
"Haru!" Tanpa menunggu lama, ia pun berseru memanggilnya. Aoki melirik jam tangan. Sudah lewat beberapa menit dari waktu perjanjian, namun sosok itu belum muncul juga.
"Haru! Oi!" Ia tercekat saat melihat pintu rumah terbuka dan sosok yang ia tunggu akhirnya muncul.
Haru mengenakan seragam sekolah, hanya saja jaket ber-hoodie tetap menjadi luaran. Kepalanya tertudung, menyembuyikan sebagian wajahnya. Tampak ia melangkah sambil menunduk. Aoki hanya menghela nafas memperhatikan gelagatnya.
"Pagi," sapa Aoki singkat. Haru membalas dengan gumaman. Sepertinya, pemuda itu amat gugup di hari pertamanya masuk sekolah.
"Kau baik-baik saja?" Aoki mengintip ke balik hoodie untuk melihat ekspresi wajah Haru. Yang bersangkutan berpaling untuk menghindari tatapan menyelidik itu.
"Ya." Suaranya agak serak. Aoki pun tidak bertanya lagi. Ia memberi isyarat untuk menaiki sepedanya. Haru keluar gerbang lalu duduk di kursi belakang, sementara Aoki bersiap di depannya.
"Kau yakin?" Aoki masih ragu membonceng sosok yang dilanda takut itu. Ia khawatir Haru histeris jika melihat bunga sakura, seperti yang pernah ia saksikan tiga tahun silam.
"Ya, aku baik-baik saja." Haru menjawab terbata, namun terdengar serius. Mendengar itu, Aoki pun mulai melajukan sepedanya. Haru memegang erat blazer Aoki saat si pengendara mulai menambah kecepatan.
"Pelan-pelan Aoki."
"Ya ini agak pelan," jawab Aoki santai. Ia melirik ke belakang untuk memantau gerak gerik sahabat masa kecilnya itu. Haru hanya menunduk, menyembunyikan wajah di balik hoodie. Mungkin cara ini ia lakukan agar tidak melihat pemandangan bunga sakura.
Mereka memasuki jalanan setapak yang kiri kanannya ditumbuhi pohon sakura. Aoki tidak memberitahu Haru karena ia khawatir membuat pemuda itu gugup. Ia hanya mengayuh sepedanya sambil sesekali memantau gelagat Haru. Ia masih terlihat tenang.
"Pagi, Ishida!" Salah satu teman sekelasnya menyapa. Aoki yang tengah melamun sedikit kaget. Ia tersenyum gugup untuk membalas sapaan itu.
"Pagi, Kuriyama,"
"Ishida-senpai!"
Sekelompok adik kelas berseru antusias. Aoki tersenyum lebar untuk tebar pesona.
"Oi, Aoki!"
"Ishida-kun!"
Di mana-mana ia dikenal. Aoki sibuk membalas satu per satu sapaan mereka.
"Kau populer juga ya." Sosok menunduk di belakangnya berkomentar. Aoki tertawa bangga.
"Tentu saja."
Mereka sudah melewati jalan setapak. Kini, keduanya memasuki kawasan sekolah. Sampai di sini, Aoki berani menegur Haru untuk menunjukkan wajahnya. Pemuda itu tersentak. Ia menyingkapkan hoodie lalu mengedari sekitarnya. Suasana sekolah yang ramai membuatnya antusias sekaligus gugup.
Di area parkir, Haru pun turun. Aoki menyempilkan kendaraannya di antara sepeda lain. Setelah itu, keduanya berjalan berdampingan memasuki gedung sekolah.
Di tengah perjalanan, Aoki tetap mendapat sambutan. Kebanyakan setelah menyapa si siswa populer, mereka akan beralih menatap asing pada makhluk suram di sampingnya. Mendapat perlakuan itu, Haru kembali menyembunyikan wajah di balik hoodienya.
"Kelasmu di 3A, 'kan?" Aoki menegaskan saat mereka menaiki tangga. Di lantai dua, berjejer ruang kelas 3 dari A sampai F. Kelas Haru terletak di ujung ruangan. Jadi, Aoki akan tiba lebih dulu di kelasnya.
"Mau kuantar masuk Haru-chan?" Aoki meledek, namun ia serius dengan tawarannya. Haru hanya menggeleng pelan.
"Oh, mungkin si nona ketua yang menjagamu di sana." Aoki sudah berdiri di ambang pintu kelasnya. Haru hanya melangkah lurus. Ia memunggungi Aoki namun melambaikan tangannya sebagai perpisahan. Aoki tersenyum membalas lambaian itu, walau Haru pasti tak melihatnya.
"Good luck!"
Sosok Haru sudah berlalu masuk ke kelas 3A. Sampai di sini, tugas Aoki selesai. Pemuda itu pun memasuki kelasnya.
Kini, giliran Saki yang bertugas menyediakan tempat duduk strategis untuk si pemuda yang takut bunga sakura. Karena dari dalam kelas masih bisa terlihat pemandangan pohon-pohon sakura, Saki pun memilih tempat yang jauh dari jendela. Ia akan menempatkan Haru di kursi paling belakang yang berbatasan langsung dengan dinding kelas.
Saki menghampiri Haru saat pemuda itu memasuki kelas. Penghuni 3A, kecuali Saki, tampak kaget melihat sosok yang tidak akan hadir selama musim semi kini malah menunjukan keberadaannya.
"Kiseki!" Saki menarik tangan pemuda itu untuk membimbingnya menuju ke kursi yang sudah disediakan. Haru agak gugup. Ia melangkah gontai mengikuti Saki.
"Di sini, ya." Saki menunjuk kursi yang dimaksud. "Aoyama bersedia tukar tempat denganmu," jelas Saki dengan mata mengarah pada sosok yang dimaksud. Aoyama yang dipaksa oleh gadis galak itu hanya meringis.