Miracle Spring

Pamella Paramitha
Chapter #13

Chapter 13

Bel pulang sudah berbunyi lima belas menit lalu, namun para siswa masih memadati gedung sekolah. Ada yang hendak pulang, ada juga yang memiliki aktivitas lain usai jam sekolah.

Kerumunan itu menyulitkan Saki untuk melangkah. Ia mendahului beberapa siswa yang berjalan santai di depannya. Setelah itu, sang gadis menuruni tangga untuk mencapai lantai dasar. Ia menuju ke loker lalu mengganti sepatunya.

Hari ini ia pulang sendirian. Untuk pertama kalinya, Saki bisa langsung kembali ke rumah tanpa harus berkunjung ke rumah Haru untuk mengantar sesuatu atau sekedar menemaninya.

Haru seharusnya sudah pulang bersama Aoki. Setelah bel pulang, sosok itu langsung menghilang bak ninja. Saki mengobrol sejenak dengan Erina. Setelah berpaling untuk melihat Haru, sosoknya sudah tak ada lagi di kursinya.

Saki mengunci lokernya. Setelah memakai masker, ia pun melangkah keluar gedung sekolah. Baru menjejakkan kaki di lapangan, Saki memergoki Haru berjalan gontai menuju ke halaman belakang sekolah.

Ya, tak salah lagi. Pemuda itu menjauhi kerumunan lalu melangkah ke tempat yang sepi itu. Di halaman belakang hanya ada gudang dan kebun kecil. Untuk apa Haru ke sana? Lalu kenapa ia tak bersama Aoki?

Saki pun menyusulnya, mengikuti jejak Haru. Sosok itu menyampirkan hoodie menutupi wajahnya. Sambil menunduk, ia melangkah sampai tiba di halaman belakang.

Saki tidak langsung menemuinya. Gadis itu bersembunyi di balik sebuah tembok lalu mengintip kegiatan pemuda itu di tempat sepi seperti ini. Haru duduk di salah satu kursi kayu yang terlihat usang. Ia menghadapi kebun kecil. Setelah itu, tak ada kejadian berarti selain posisi pasif pemuda itu.

Saki pun menghampirinya. Kasihan juga melihat ia sendirian. Panggilan darinya membuat si pemilik nama tersentak. Ia berpaling lalu memperhatikan Saki mengambil tempat di sampingnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya gadis bermasker itu. Haru tersenyum singkat.

"Duduk saja," jawabnya. "Menunggu Aoki."

"Memang ia ke mana?" tanya Saki heran.

"Ia bilang ada kegiatan klub. Jadi mau tak mau aku harus menunggunya."

Saki sedikit kaget. Aoki bergabung dalam klub basket. Klub itu terkenal dengan kedisiplinan di balik segudang prestasinya. Tentu saja, para anggotanya akan latihan sampai malam.

"Sampai malam loh," sahut Saki cemas. "Kau yakin mau menunggu?" Haru hanya mengangkat bahunya.

"Mau bagaimana lagi. Aku masih bergantung padanya dalam hal antar jemput." Ia tertawa pelan.

Saki manggut-manggut. Ia sebenarnya ingin mengajak pulang bersama. Namun, mereka harus melewati jalan setapak yang ditumbuhi pohon sakura. Terlalu beresiko kalau mereka melewatinya sambil berjalan kaki.

"Kalau begitu, aku temani ya." Hanya itu yang bisa Saki tawarkan untuknya. Haru terlihat sungkan mendengarnya.

"Tak perlu," tolaknya. "Nanti kau kemalaman."

"Tidak. Nanti aku mengabari orang tuaku. Mereka pasti mengerti." Saki tersenyum. Haru membalas senyumnya.

"Orang tua memang selalu cemas kalau anaknya belum kembali." Ujarannya membawa makna tersendiri bagi Saki. Ia tertegun, karena untuk pertama kalinya Haru mau membahas tentang orang tua.

"Kiseki juga tak mengabari?" Saki pun bertanya. Pemuda itu diam sesaat lalu menggeleng.

"Ibuku selalu pulang larut malam." Wajah Haru agak menunduk. Saki yang mulai merasakan aura kesuraman pun berniat ganti topik.

Lihat selengkapnya