Aoki terlentang di atas tempat tidur. Matanya tak lepas memandangi layar ponsel. Di sana tertera sebuah kontak dengan foto profil seorang gadis yang berdampingan dengan seorang pemuda. Sosok gadis berambut ikal sebahu itu tengah tersenyum sambil merangkul seorang pemuda membuat Aoki tersenyum pahit.
"Ya sekarang tahu alasannya 'kan, Haru. Aku tak bisa mendekatinya."
Ia menggumam walau berada sendirian di kamarnya. Aoki menghela nafas. Ia pun menuliskan sesuatu pesan pada kontak itu.
'Akari, Apa kabar? Masih ingat denganku?'
Pesan terkirim. Jantung Aoki berdegup saat melihat tanda centang yang melambangkan kalau pesannya sudah sampai ke si penerima.
Beberapa menit tak mendapat balasan, Aoki pun meletakkan ponselnya di atas nakas. Bahkan orang penuh percaya diri seperti dirinya bisa gugup juga, walau hanya sekedar mengirimkan sebuah pesan singkat. Pemuda itu membolak balik badannya gelisah lalu membenamkan wajah ke dalam bantal. Apakah ia masih menyukai Akari, sampai-sampai begitu salah tingkah begini?
Bunyi notifikasi terdengar. Aoki langsung menyambar ponselnya. Ia menahan teriakan saat sebuah pesan diterimanya dari Akari. Tanpa menunggu, ia pun membuka isi pesan itu.
'Aoki! Tentu aku ingat! :) Kabarku baik. Bagamana denganmu?'
"Bahasanya formal sekali." Aoki menggumam. Ia beralih duduk sambil memeluk lututnya. Kalau melalui teks, ia jadi tak bisa melihat ekspresi Akari saat menerima pesan darinya. Mungkinkah gadis itu juga gugup?
'Kabar sekolahmu bagaimana?'
Aoki mengirim pesannya. Tak berapa lama, Akari membalasnya.
'Baik. Semua baik Aoki. Bagaimana sekolahmu? Sudah kelas tiga juga 'kan? :D'
Aoki tertawa pelan. Ia mengetik balasannya.
'Tentu. Menghadapi ujian kelulusan lagi :(. Di Hakodate belum musim semi ya?'
'Belum. Di sini masih dingin :(. Aku jadi ingin melihat musim semi. Di Tokyo sudah ada?'
'Ya. Sangat indah. Mampirlah ke Tokyo!'
'Hahahaha. Aku tidak bisa ke mana-mana karena akhir-akhir ini sibuk dengan pameran seni.'
'Wah, kau masih melukis?' Aoki berdecak kagum karena Akari ternyata masih fokus pada hobinya itu. Malah mungkin, saat ini ia sudah mengembangkannya.
'Ya. Setelah lulus, aku rencana ke Italia. Aku sedang mengajukan beasiswa ke sana.'
"Wow!" Aoki semakin terperangah. Akari memang terlihat selalu 'bersinar', bahkan lebih terang darinya.
'Hebat! Semoga berhasil ya.'
'Terima kasih.'
Aoki hendak mengakhiri chat-nya. Ia menutup aplikasi itu. Namun, ternyata Akari masih mengirim pesan padanya.
'Aku kangen kalian, ingin sekali bertemu.'
Kalian? Aoki menerawang. Ia masih ingat Haru juga ternyata. Ah, pasti Haru adalah orang yang selalu Akari ingat, seperti dirinya mengingat Akari.
Rumit ya?
'Aku juga. Haru juga.'