Mata Dita yang awalnya tertutup, kini mulai terbuka secara perlahan-lahan. Pandangannya menatap ke arah sekitar ruangan. Mencoba untuk mengetahui saat ini ia sedang berada di mana.
Ruangan serba putih. Beberapa jenis obat-obatan yang tertata rapi di rak. Dan juga, ranjang putih bersih yang sedang ia tempati. Membuat Dita sepenuhnya yakin bahwa sekarang ia sedang berada di UKS sekolah.
"Kamu udah sadar?"
Pertanyaan seseorang yang begitu tiba-tiba membuat Dita sontak saja mengalihkan pandangannya. Di ujung pintu UKS, terlihat seorang cowok tampan dengan senyuman manisnya. Di kedua tangannya dia membawa sebotol air mineral dan juga sebungkus roti.
Dengan senyuman yang masih terukir di wajahnya, cowok itu mulai melangkahkan kakinya mendekat. Kemudian, ia beralih untuk duduk pada sebuah kursi kosong yang tepat terletak di samping ranjang Dita.
Tak ingin membuang waktu lagi. Langsung saja Dita memutuskan untuk menanyakan sesuatu yang terus membuatnya merasa bingung.
"Kok gue bisa ada di sini?" tanya Dita, memandang ke arah cowok yang ada di sampingnya dengan penuh selidik.
Cowok itu meletakkan barang bawaannya di meja samping ranjang Dita. Setelah itu, pandangannya kembali beralih menatap pacar pelupanya ini.
"Tadi kamu pingsan di toilet," jawab Rizal enteng. Yah, cowok itu adalah Rizal.
Dita mencoba untuk mengingat-ingat kejadian sewaktu ia masih berada di toilet tadi. Sialnya, ia tidak dapat mengingat dengan jelas kejadian ketika Rizal menolongnya. Atau mungkin ketika cowok itu belum masuk, dirinya telah pingsan?
Memikirkan kejadian itu membuat Dita tiba-tiba saja teringat sesuatu yang begitu penting. Dengan cepat tangannya terangkat menyilang untuk menutupi bagian dadanya. Secara tidak langsung cowok ini telah berani masuk ke dalam toilet cewek. Cowok ini pasti termasuk ke dalam salah satu tipe cowok hidung belang.
"Lo ngapain tiba-tiba masuk ke toilet cewek? Lo pasti mau mesum kan?!" seru Dita cepat. Ia bahkan mencoba untuk sedikit menjauh dari cowok berbahaya yang ada di sampingnya ini.
Mendengar tuduhan yang diberikan untuknya membuat Rizal benar-benar tak menyangka. Apalagi ditambah dengan sikap gadis itu yang terlihat menjaga jarak darinya. Apakah dirinya memang terlihat seperti cowok mesum yang dia pikirkan?
Hingga, sebuah ide jahil tiba-tiba saja langsung terpikirkan olehnya.
Dengan perlahan Rizal mulai mendekatkan tubuhnya kepada Dita. Kedua tangannya kini telah berpegangan pada sisi ranjang agar bisa menopang tubuhnya. Ia terus memajukan kepalanya, mencoba untuk melihat dengan jelas wajah seorang gadis yang ada di depannya saat ini. Namun, setiap satu centi kepala Rizal mendekat, maka satu senti pula Dita mencoba untuk menjauhkan kepalanya.
"Lo mau ngapain?"
Dita merasa heran dan juga takut sekarang. Ia tidak tahu mengapa tiba-tiba Rizal menjadi seperti ini. Atau karena semua dugaannya tadi itu memanglah benar?
Melihat ekspresi ketakutan dari Dita membuat Rizal harus mati-matian menahan tawanya. Ia harus bisa menjalankan aksinya ini, dengan terus mendekatkan dirinya ke arah Dita. Hingga gadis itu telah mencapai batasannya untuk bisa menjauh.