Miracle

Tamara Lutfiana Putri
Chapter #5

#5 Bakso Cinta

Tet tet tet!

Suara bel istirahat terdengar begitu keras hingga seantero sekolah. Seluruh siswa pun terlihat berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing untuk menikmati waktu yang telah diberikan oleh pihak sekolah. Kebanyakan dari mereka memilih untuk melabuhkan dirinya di kantin. Begitu juga dengan Dita dan Naya yang saat ini terlihat sibuk mencari meja kosong di tengah ramainya suasana kantin.

"Di situ tuh, Ta!" tunjuk Naya ke arah meja yang terletak di pojok kantin. Sontak, Dita mengikuti ke mana arah tangan Naya menunjuk. Ketika telah melihatnya, refleks ia menggelengkan kepala pertanda tidak setuju.

"Enggak, di situ udah ada yang nempatin," tukas Dita. Tidak mungkin jika mereka harus meminta kepada seseorang yang telah duduk di sana untuk berbagi meja. Apalagi seseorang itu adalah cowok.

"Itu meja bukan punyanya dia. Jadi, gak masalah kalau berbagi. Emangnya lo mau makan di lantai?" Pertanyaan yang diajukan oleh Naya langsung saja dijawab gelengan kepala oleh Dita. "Makanya, ayok!"

Dita hanya bisa pasrah ketika Naya menarik tangannya untuk membawa dirinya menuju meja tersebut. Sebenarnya, ia tidak ingin makan semeja dengan cowok yang tidak dikenalnya, karena ia akan merasa risih. Tapi, mau bagaimana lagi. Jika ia menolak ajakan Naya, maka ia harus rela makan di lantai karena seluruh meja telah diisi penuh oleh siswa lainnya.

"Permisi, kita boleh gabung gak?" Mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Naya membuat cowok tersebut mengangkat kepalanya.

Di wajahnya terukir sebuah senyuman kecil. "Boleh kok, duduk aja," jawabnya ramah.

"Lo duduk aja dulu, gue mau—"

"Biar gue aja yang pesan," ucap Dita yang dengan cepat memotong perkataan Naya. "Lo mau apa?"

"Samain aja," jawab Naya santai. Kemudian ia segera mengambil tempat duduk yang posisinya berhadapan dengan cowok tersebut.

Setelah kepergian Dita, pandangannya kini beralih kepada cowok yang berada di depannya. Tidak ada makanan atau minuman apapun di atas meja ini. Cowok itu justru terlihat asyik melihat sesuatu di layar ponselnya.

"Lo kelas dua belas ya?" Pertanyaan dari Naya lagi-lagi membuat cowok tersebut harus menghentikan aktivitasnya. Ia meletakkan ponselnya di atas meja, kemudian beralih menatap sang lawan bicara.

"Kok lo bisa tau? Muka gue kelihatan tua ya?"

Naya hanya terkekeh ketika pertanyaan yang ia ajukan justru dijawab lagi dengan pertanyaan. Ia mencoba memberitahukan jawabannya dengan menunjuk tanda lokasi yang melekat di sebelah kanan lengan baju cowok itu. Sontak, si pemilik baju pun mengikuti arah telunjuk Naya. Ketika telah mengetahuinya, cowok itu ikut terkekeh.

"Oh iya, gue lupa," ujarnya. "Teman lo yang satunya mana?"

"Lagi pesan makanan, Kak. Kalau Kak...,"

"Riko. Nama gue Riko," tukas Riko yang langsung mengerti dengan penjedaan yang diucapkan oleh orang Naya.

"Oh, oke. Jadi, Kak Riko gak pesan makanan?" tanya Naya lagi.

Lihat selengkapnya