Miracle

Tamara Lutfiana Putri
Chapter #6

#6 Stalking

"Ma, Dita pulang!" teriak Dita yang begitu keras. Namun, tidak ada yang kunjung menjawabnya. Ia mengalihkan pandangan ke arah sekitar. Apakah tidak ada seorang pun yang berada di rumah saat ini? Sungguh begitu sepi.

Akhirnya, Dita memutuskan untuk melangkahkan kaki menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Tangannya kini terangkat untuk membuka pintu kamarnya. Di dalamnya, ia melihat sosok Rika yang tengah duduk pada pinggiran kasurnya.

"Mama? Mama ngapain di kamar Dita?" tanya Dita sambil berjalan mendekat ke arah sang Mama.

Pandangannya kini mengarah pada barang yang tengah dipegang oleh Rika. "Ponsel Dita?" tanya Dita lagi.

Rika tersenyum menatap Dita. "Iya, ini ponsel kamu. Tadi Mama telpon gak aktif, rupanya ponsel kamu mati," jelasnya, sambil memberikan ponsel itu kepada sang anak.

Kini, Dita beralih untuk ikut duduk di samping Rika. "Dita juga gak tau kenapa ponsel Dita bisa mati. Jadi, Dita tinggal aja di rumah," ujar Dita yang tengah memegang ponselnya. Ia mencoba untuk menyalakan ponsel itu. Namun seperti tadi pagi, ponsel itu tak kunjung menyala.

"Yaudah, ponselnya Mama bawa dulu. Biar bisa diperbaiki."

Dita mengangguki ucapan Rika. Tanganya terulur untuk memberikan ponselnya kembali kepada sang Mama. Ia berharap agar ponselnya bisa diperbaiki dan segera dapat ia gunakan.

***

Kini, Dita beserta keluarga sedang melakukan makan malam bersama. Suasana begitu hening, hanya ada bunyi dentingan antara sendok dan garpu. Hingga, terdengar suara Dita yang memecah keheningan.

"Ma, ponsel Dita gimana?" tanya Dita.

Rika yang mendengar pertanyaan dari Dita, menghentikan aktivitas makannya sejenak. "Udah Mama perbaiki. Ada di kamar kamu," jawabnya. Setelah itu kembali melanjutkan aktivitasnya.

Dita tersenyum senang. Ia hendak pergi menuju kamarnya untuk mengecek keadaan ponselnya. Namun, niatnya itu harus musnah ketika ia mendengar suara Damar.

"Dita, selesaikan makanmu dulu," ucap Damar yang lebih terdengar seperti perintah.

Dengan ekspresi kecewa, Dita kembali duduk di tempatnya dan melanjutkan aktivitas makannya. Ia terlihat begitu terburu-buru memasukkan beberapa sendok makanan ke dalam mulutnya. Hingga membuat mulutnya menggembung.

Dimas yang melihat hal itu berusaha menasihati sang adik. "Gak usah buru-buru. Keselek baru tau rasa lo," ujarnya.

Dita tak menghiraukan ucapan Dimas. Ia terus melanjutkan kegiatan makannya. Hingga ada beberapa makanan yang masuk ke dalam tenggorokannya dan membuatnya tersedak.

"Nah, gue bilang juga apa," tukas Damar yang melihat adiknya terbatuk-batuk dan segera meminum habis air di dalam gelas.

Setelah merasa baikan, Dita segera melayangkan tatapan yang mematikan ke arah abangnya.

"Apa?" tanya Dimas yang terkesan menantang balik Dita.

"Dimas, Dita." Ucapan dari Damar langsung saja membuat keduanya kembali melanjutkan aktivitas mereka.

"Kamu kalau makan pelan-pelan," peringat Damar kepada putrinya.

"Satu hal lagi, kenapa kamu gak ke rumah sakit tadi? Papa udah nungguin kamu," ujarnya lagi.

Dita terdiam sejenak. Kemudian, ia menunjukkan cengiran lebarnya kepada sang Papa. "Dita udah selesai makan. Dita ke kamar dulu ya, Pa. Besok aja bicaranya," ucap Dita, yang segera pergi menuju kamarnya.

Sesampainya di dalam kamar, Dita segera menguncinya pintu kamarnya. Kemudian, ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah nakas. Di atas sana telah terlihat sebuah ponsel kesayangannya.

Secepat mungkin Dita mengambil ponsel itu dan menghidupkannya. Sebuah senyuman tiba-tiba saja terukir pada wajahnya kala ia melihat layar ponselnya yang telah menyala. Namun, senyuman itu sedikit luntur ketika ia mengetahui bahwa seluruh data-data yang tersimpan di dalam ponselnya lenyap begitu saja.

Dita tidak begitu mempersalahkannya. Setidaknya, ponselnya ini telah bagus seperti sedia kala lagi.

Hal pertama yang Dita lakukan adalah membuka aplikasi Instagram-nya. Ia hanya ingin melihat-lihat saja, sudah begitu lama dirinya tidak membuka aplikasi itu. Apakah followers-nya akan bertambah? Atau mungkin saja telah berkurang?

"Untung aja gue masih inget sandinya," ujar Dita lega. Sehingga ia tidak harus membuat akun yang baru lagi.

Teringat akan satu hal, tangan Dita pun segera mengetikkan sesuatu pada kolom pencarian. Hingga kini telah tertera beberapa pengguna akun Instagram dari nama yang ia cari.

"Ini bukan sih akunnya?" tanya Dita sedikit ragu, sambil menekan salah satu akun yang berada di paling atas.

Mata Dita membulat seketika. "Banyak juga folowersnya," ucapnya tak percaya. Tangannya mulai bergerak untuk men-scroll beberapa postingan yang ada di akun itu.

"Cuma satu doang fotonya, yang lainnya pemandangan semua," tukas Dita lagi, masih dengan kegiatan tangannya yang terus men-scroll ke bawah.

Lihat selengkapnya