Mirielle - The Drama Queen

Meriam Ester Lita Dumais
Chapter #1

Prolog

Wall of Fame - Reuven's High School

Student of The Year 20xx

Mirielle menghela nafas, pelan. Selama beberapa menit ini, ia memandangi Wall of Fame, yang disebut-sebut sebagai gambaran kebanggaan sekolahnya.

Bukan satu-dua kali, Mirielle melintas, dan memandangi dinding kenamaan ini. Berkali-kali, bahkan, belakangan ini.. hampir setiap hari.

Pagi ini, sebelum melangkahkan kaki ke kelas, Mirielle kembali mendongakkan kepala. Sepasang matanya terpaku, kepada dua sosok penyandang nama 'Reuven'..yang terbingkai megah, dan elegan, di sana.

"Dor!"

"Astaga!" seru Mirielle, diiringi dengan tolehan ke sumber suara. "Brenda! Ngagetin aja!"

Brenda Callista Ziv.

Teman sekelas, sekaligus sahabat, dan teman terdekat Mirielle.

"Ngapain lo ngelamun dan mandangin Wall of Fame pagi-pagi. Apa masih kurang, intensitas lo ketemu sama mereka di rumah..atau di acara-acara keluarga?" tanya Brenda, setelah sempat terkekeh sebelumnya.

"Ish, engga. Gue cuman ngeliatin..aja, kok. Sekaligus..merenung, gitu!" jawab Mirielle dramatis, sembari mengibaskan rambutnya yang terurai, ke belakang.

"Ayo, Nda, udah mau bel," ucap seorang laki-laki, dengan kulit putih, tinggi, berwajah oriental, dan.. sangat tampan, menurut murid-murid sekolah ini.

Brandon Raphael Ziv.

Kakak dari Brenda. Salah satu anggota tim inti klub basket RHS yang langganan juara di tingkat nasional. Kabarnya, single, alias belum punya pacar. Padahal, menurut kabar yang beredar, banyak yang menyukai laki-laki itu. Tidak hanya suka, bahkan, beberapa murid perempuan di sekolah ini.. berkumpul dan membentuk BFC, alias Brandon Fans' Club.

"Duluan, Brand, gue mau mastiin ni anak satu, ngga kemana-mana, selain ke kelas bareng gue!" ujar Brenda sok galak. Ia sempat menunjuk Mirielle dengan dagu, tapi terkekeh setelahnya.

"Apa, sih, Nda?!" protes Mirielle dengan wajah merajuk. Ia mengerucutkan bibir, dan menghentakkan kaki. Manyun. Seolah tampak awan mendung kelam, yang mampir di kepalanya. "Iya, gue ke kelas!"

Mirielle hendak melangkahkan kaki, mendahului Brenda, ketika ia mendengar sapaan seseorang.

"Hai, Cantik."

Mungkin beberapa, atau banyak dari murid-murid RHS (Reuven's High School), akan menjerit.. atau meleleh, mendengar sapaan barusan. Bukan karena kata 'cantik' yang diucapkan. Bukan juga kata 'hai' yang memikat. Tapi, sumber dari suara tersebut-lah, penyebabnya.

Mirielle menoleh. Rambut panjangnya yang tergerai, ikut terkibas, bersamaan dengan gerak menolehnya. "Apa, sih, Nando?! Gue tau gue cantik!"

Lihat selengkapnya