Mirror.

Bulan Purnama
Chapter #5

INDONESIAN COAST GUARD

Winda menangis, suaranya melengking terdengar sampai ke lantai 3.

 

Hira keluar melongok ke ruang tamu. Hanya ada dua anak kecil itu, Icha dan Winda, berantem lagi seperti biasa. Lantai meja dan kursi penuh mainan berserakan. Icha terlihat tenang memeluk bonekanya.

 

“Aduuhh mainannya banyak banget” Hira mendekat mengangkat tubuh Winda yang tengah menangis kemudian memangkunya.

 

Merasa perempuan dewasa itu lebih membela rivalnya, Icha pergi berlalu bersama bonekanya meninggalkan mereka berdua. Icha adalah putri kedua bu Yulia. Usia mereka hampir sebaya. Icha berperawakan lebih kecil dan tampak ringkih, tapi Icha jarang menangis dan selalu menjadi pemenang dalam setiap rebutan.

 

“Eh... ini apa namanya? Buat apa ya?” Hira mengambil sebuah mainan di atas meja mencoba mendiamkan tangisan Winda, sebuah thermometer themometeran berbahan plastik.

 

“Buat ketek.” jawab Winda cepat langsung berhenti dari tangisnya.

 

“Ohhh.. ” Hira sedikit terkejut melihat raut muka Winda yang ceria tak terlihat bekas tangisnya.

 

“Kalo yang ini, buat apa..” Diambilnya lagi mainan mikroskop mikroskopan mini dan memperhatikan bentuknya yang aneh.

 

“Buat liat kuman.” Jawab Winda cepat.

 

“Wahhh.. pinter banget” Hira memandang Winda dengan rasa kagum yang sungguh sungguh, bukan sekedar untuk menghiburnya.

 

“Kalo yang ini buat apa bu Guru.” Tak dinyana Winda bertanya balik sambil memegang sebuah mainan plastik berbentuk obeng.

 

Hira berpikir keras mencari metodologi yang tepat untuk menjelaskan kegunaan barang itu pada anak usia 3 tahun.

 

“Buat segala ya.” Seru Winda tak sabar mendengar jawaban Hira. Oh, rupanya anak itu sedang mengetesnya.

 

Hiks.

 

Tiba tiba handphone mamanya yang tergeletak di atas meja berbunyi. Hira memandang layarnya berkedip kedip sebuah nama.

 

Bapak memanggil.

 

Hira terdiam memandang nama yang terus berkedip kedip dilayar smartphone.

 

Winda turun dari pangkuannya mengambil Hp itu lalu dibawanya ke atas menemui ayahnya A Jay sambil berteriak kencang

 

‘’Papa... ayah Icha telpon..”

 

Tau aja anak itu kalau ayah Icha yang menelfon.

 

Ada sebuah nuansa yang tertinggal seperginya Winda dari pangkuannya.

 

Lihat selengkapnya