Misanthropy VS Philanthropy

Gldseya
Chapter #4

Meminta Izin

"Dad, apakah aku boleh menikah?" tanya gadis remaja yang kini tampak serius menatap ke arah sang ayah.

Butuh beberapa menit bagi Parvez terdiam berusaha mencerna kalimat yang baru saja di tanyakan oleh putri bungsunya itu dengan seksama.

Apakah ia salah mendengar?

"Menikah? Bisa kau jelaskan padaku, mengapa kau tiba-tiba meminta izin padaku seperti itu? Apakah kau memiliki pasangan? Mengapa Daddy tak pernah melihatnya?"

Pertanyaan bertubi tubi Parvez tujukkan pada putri bungsu nya itu. Sungguh ia tak pernah membayangkan hingga detik ini jika putri bungsunya yang akan lebih dahulu meminta izin padanya mengenai pernikahan.

Misca tak langsung menjawab pertanyaan sang ayah, melainkan ia memilih untuk melihat dengan baik bagaimana raut wajah sang ayah yang kini menatap dirinya.

Jujur saja raut wajah Parvez saat ini sulit di definisikan oleh nya.

Baru pertama kali nya Misca melihat raut wajah tak biasa dari ayah kandungnya itu.

Dengan penuh keraguan, Misca mencoba kembali bersuara pada sang ayah, "Kau tak menyukai nya Daddy?"

Jujur saja akan lebih mudah bagi Parvez untuk mengatakan 'Ya' pada Misca, terlebih usia Misca yang masih terbilang muda, di tambah hati kecilnya masih enggan melepaskan putri kesayangannya yang akan jatuh pada lelaki lain yang belum ia kenal.

Orang tua mana yang akan rela melepaskan putri kecil nya pada pria yang selama ini tak pernah menampakan wujudnya di hadapannya dan kini dengan mudahnya putrinya sendiri yang justru meminta izin lebih dahulu padanya? Belum lagi baginya Misca adalah putri yang paling ia cintai, walaupun ia tak pernah mengatakannya secara langsung di hadapan ketiga putrinya.

Rasanya ia ingin sekali langsung menolak permintaan putrinya itu, hanya saja suara yang hendak ia keluarkan serasa tertahan di tenggorokannya.

"Dad?"

Misca mencoba mengambil alih perhatian sang ayah kembali.

Parvez berusaha tersenyum tipis dengan hati yang sedikit tersayat ketika mengingat permintaan putrinya itu.

"Dad, aku menemukan seseorang yang membutuhkan ku," ujar Misca pada akhirnya pada Parvez secara terus terang.

"Apa maksudmu sayang, mengapa kau mengatakan seperti itu? Bukankah kau sudah mempunyai Daddy yang membutuhkan dirimu? Kau masih terlalu dini untuk menikahi seseorang, apalagi Daddy belum mengenal nya."

Kali ini tanpa sadar Parvez mulai sedikit demi sedikit terbuka akan apa yang ada di dalam pikirannya yang belum terucap sebelumnya.

Misca menghela nafasnya pelan.

"Dad, aku tahu kau sangat menyayangiku, untuk itu kau mengatakan bahwa kau membutuhkanku, tetapi kurasa kakak kakak ku lebih membutuhkan mu, bukankah kau berjanji akan selalu membahagiakanku dengan memperbolehkan ku untuk memutuskan hal yang menurut ku benar, Dad?"

Lihat selengkapnya