Sendu, pagi hari sendu yang jarang terjadi di langit kota Jakarta. Awan mendung menyelimuti hampir seluruh dataran langit Jabodetabek. Tidak hujan memang, gerimis pun demikian, ia belum menunjukkan tanda-tanda untuk datang. Hanya semilir angin sepoy-sepoy sesekali menghampiri.
4 bulan sebelum hari-H
Dalam setiap keputusan ada pertimbangan yang mendalam, ada olah pikir yang panjang sepanjang jalan setapak menuju pulang. Lama ku berpikir dalam diam, melamunkan nasib yang telah membawaku hari ini hidup di kota metropolitan dan bertemu dengan seorang wanita cantik yang periang bersahaja. Entah bagaimana ini akan berakhir, namun satu hal yang kuyakini bahwa niat baik tidak akan pernah berakhir dengan tragis.
Hari ini aku telah berjanji bertemu dengan Safiya, niat hati ingin menyampaikan semuanya. Semuanya yang telah kami diskusikan panjang lebar selama ini, yaitu sebuah niat suci antara sepasang muda-mudi yang mengharapkan ridha dari Allah SWT dalam suatu hubungan serius bernama pernikahan. Aku pada akhirnya mantap untuk memutuskan berani melawan arus, menghadapi segala kemungkinan yang tidak mudah kedepannya. Melawan seluruh ketidakmungkinan yang selama ini menghantui tidur kami di setiap malamnya.
"Assalamualaikum Mas Hafiz," buka Safiya menyapaku.
"Wa'alaikum Salam, silahkan duduk Safiya"
"Iya mas,"
Momen malam itu sedikit canggung, mengingat diskusi kami yang terakhir berakhir cukup alot kala itu.
"Jadi gimana, ada apa ni mas?" Sambung Safiya.