"Ting...ting...ting...ting," telpon berdering dengan hebatnya.
Tak berhenti sedetik pun, bunyi berdenting yang keluar dari telpon genggam tersebut.
Sabtu sore 18.01 WIB
Saat jalan-jalan Jakarta sedang penuh sesak dengan kendaraan lalu lalang, Azan sahut menyahut berhamburan keluar dari toa-toa masjid menandakan waktu sholat Magrib telah tiba. Aku yang juga sedang sibuk dalam kerumunan kendaraan melewati batas demi batas jalan raya kota Jakarta guna pulang ke rumah dibuat heran oleh suara handphone ku yang tak berhenti berbunyi. Ia sedari tadi telah berbunyi tanpa jeda sedikitpun, entah notifikasi apa yang masuk, yang jelas aku belum bisa memastikannya.
Sudah menjadi hal yang umum lagi lumrah, jika jalanan sore di Jakarta akan penuh sesak kala senja berpulang. Seluruh penghuni kota ini bertumpah ruah di jalanan guna memenuhi hajat terakhir mereka hari itu yaitu pulang ke rumah setelah berjibaku dengan pekerjaan masing-masing mulai dari pagi hingga pentang menjelang.
Aku pada akhirnya memutuskan untuk berhenti sejenak di salah satu musola kecil di dalam gang sempit di bilangan Jakarta barat. Niat hati ingin menunaikan sholat, tapi ternyata aku masih terganggu oleh dering telponku yang terus menerus berbunyi dari sepanjang jalan pulang tadi.
Qad Qaa mati Sholathu Qad Qaa mati Sholathu...'