Misi Menggoda Hati

FinNabh
Chapter #8

Dia Suamiku

“Kayaknya kamu selalu anggap aku remeh…” Ujar suara tajam di belakangku.

Aku menatap Cassian lewat cermin. “Maksudnya?” Tanyaku pura-pura tidak mengerti maksudnya.

Cassian terkekeh sinis. “Dasar manipulatif. Jangan pura-pura naif. Aku tau rencana kamu itu.”

Aku berbalik menghadapnya dan menatapnya. “Aku gak ada rencana apa pun.”

Cassian menatapku dengan tajam. “Kamu selalu tau cara untuk kendalikan situasi sesuai mau kamu. Pasti sekarang ini kamu lagi mikirin rencana supaya aku tetap tinggal dalam pernikahan ini, kan?”

Aku merasa tertohok mendengar kata-kata Cassian. Aku mengepalkan tangan di samping tubuh, mencoba menahan emosi yang mulai meledak. “Kamu salah paham.”

Cassian mendekatkan wajahnya ke telingaku dengan nada merendahkan. “Kamu pikir aku bodoh? Kamu tau kalau dengan kehamilanmu, aku akan merasa bertanggung jawab dan ragu buat ninggalin kamu. Trus kamu nyuruh ibu buat tinggal disini supaya kita selalu keliatan harmonis, begitu?"

Aku mencoba untuk tetap tenang. Meskipun rasanya aku ingin sekali menangis. “Kita udah bicarain ini, kak.”

Cassian menatapku tajam, masih penuh dengan keraguan. “Lalu apa? Setelah anak itu lahir, kamu bakal ganti kontrak lagi?”

Aku terdiam. Itu memang rencanaku. Tapi entah kenapa saat dia mengungkapkannya, terasa sangat menyakitkan.

Dia tertawa sinis. “Jadi benar.” Matanya menatapku dengan tajam. “Aku gak akan terjebak dalam permainan gila kamu.”

Aku menunduk dan memejamkan mataku yang memanas.

“Aku harap kamu nepatin janji kamu untuk tidak repotin aku.”

Usai mengatakan itu, Cassian meninggalkanku sendirian di kamar. Aku merasa terluka oleh kata-katanya. Aku memang berniat tidak akan merepotkannya. Dan sekali lagi itu menyakitiku.

~~~

“Udah siap?” Tanya Ibu Diana saat kami berpapasan di tangga.

Aku mengangguk dan tersenyum. “Iya, bu. Gimana penampilanku?” Tanyaku berusaha untuk tetap ceria dihadapannya.

“Cantik.” Ujar Ibu Diana sambil tersenyum.

“Makasih, Bu," jawabku dengan senyuman lebih lebar.

Ibu Diana menepuk-nepuk pipiku dengan penuh kasih sayang. “Yaudah sana, gih. Ian udah nunggu kamu di mobil.”

Cassian menungguku? Aku pikir bakal disuruh berangkat sendiri gara-gara kejadian tadi.

Lihat selengkapnya