Misi Menggoda Hati

FinNabh
Chapter #10

Istri yang Tak Memiliki Pengaruh

Aku meringis kecil dan menyapa ibu mertuaku. “Pagi, bu..”

Ibu Diana berbalik dan tersenyum hangat. “Pagi, Ave. Sini sarapan, sayang.” Ujarnya sambil memberikanku jus yang dibuatnya tadi.

Aku menerima itu. “Makasih, bu. Ehm maaf aku bangunnya kesiangan.”

Ibu mertuaku mengangguk dengan senyum hangat. "Tidak apa-apa, sayang. Kamu lagi hamil. Jadi harus banyak istirahat.”

Aku tersenyum mengangguk, merasa senang dengan pengertian ibu mertuaku. “Kak Ian udah berangkat?”

Ibu Diana meletakkan salad dan nasi ayam goreng dihadapanku. Dia mengangguk kemudian duduk dihadapanku. “Iya udah dari tadi.”

Aku mengangguk dan menatap makanan dihadapanku. Entah kenapa melihat penampakan salad membuatku mual. Tapi aku berusaha untuk menghargai apa yang disajikan oleh Ibu Diana untukku.

Nasi ayam gorengku sudah habis setengahnya saat Ibu Diana menegurku. “Saladnya dimakan juga, Ave.”

Aku mengangguk dan mencoba salad itu. Namun..

Hekk

“Ah maaf, bu.. aku gak maksud. Hekk..” Buru-buru aku berlari ke toilet dekat dapur untuk memuntahkan isi perutku.

Morning sickness

Terdengar langkah ibu mertuaku yang menghampiri. "Ave, kamu baik-baik aja, sayang?" Tanyanya dengan khawatir.

Aku mengusap mulutku dengan tisu dan mengangguk lemah. "Iya, bu. Kayaknya pagi ini morning sickness-ku lumayan parah."

Ibu mertuaku menggeleng dengan simpati. "Gak apa-apa, sayang. Morning sickness itu wajar selama kehamilan. Istirahat dulu, yah. Ibu ambilin teh jahe hangat untuk kamu."

Aku mengucapkan terima kasih pada ibu mertuaku dan mencoba mengendurkan diri sejenak. Setelahnya, aku kembali ke ruang makan dengan gelas teh jahe hangat di tangan. Aku minum perlahan sambil mencoba menenangkan perutku.

"Ave, jangan terlalu dipaksain, ya. Istirahat aja di kamar," ujar ibu mertuaku dengan penuh perhatian.

Aku menggeleng dan tersenyum lembut. “Ada kerjaan yang harus aku urus, bu. Ibu tenang aja. Aku ngerjainnya di kantor kak Ian, kok. Dia bisa sambil jagain juga, kan.”

Ibu mertuaku tersenyum dan mengangguk mengerti. "Iya, tapi jangan terlalu dipaksakan, ya. Kalau merasa lelah, segera istirahat."

Aku tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Aku merasa sangat bersyukur memiliki ibu mertua yang begitu perhatian. Meskipun kami belum lama mengenal satu sama lain, dia telah menjadi bagian penting dalam hidupku dan sangat peduli padaku.

Aku tersenyum lembut. "Makasih, bu.”

Setelah menyelesaikan sarapanku, aku merasa cukup kuat untuk pergi ke kantor. Aku membuka aplikasi taksi online, karena dengan kondisiku saat ini tidak mampu untuk menyetir sendiri.

~~~

Tok tok

“Masuk!”

Aku membuka pintu dihadapanku setelah mendengar persetujuan dari dalam dan menemukan Cassian sedang duduk di kursi kebesarannya. Dia tidak repot-repot mendongakkan kepalanya dan masih menyibukkan diri membaca berkas di ipadnya.

Aku menghampirinya dan mengetuk pelan mejanya. “Bisa minta waktunya sebentar, Pak?” Ujarku dan tersenyum saat dia mendongakkan kepalanya.

Lihat selengkapnya