Di balik daun kuning-jingga yang berguguran, atau spora dandelion yang terlihat seperti helaian kapas tipis yang beterbangan, serta benih kecil yang menggeliat mengeluarkan ujung akar kecambah lalu perlahan tumbuh memanjang dan menyerap air untuk merintis kehidupan, terdapat banyak hal yang tidak terlihat dan tidak teramati mata manusia. Orang-orang pintar menyebut proses kehidupan berawal dari reaksi kimia dalam kecambah. Namun kami menyebutnya sebagai keajaiban.
Benih kecil yang sunyi tanpa tanda kehidupan, mulai menyerap air, terbangun dan menggeliat hidup untuk tumbuh menjadi pohon berbatang kokoh. Sebenarnya perlu dorongan keajaiban kecil untuk membangunkan benih itu. Tidak banyak yang tahu mengenai bangsa peri, yang bekerja membawakan keajaiban. Peri menyalurkan keajaiban yang diperoleh dari alam untuk membantu kehidupan. Mereka membangunkan benih, membantu daun kuning untuk terjatuh, mendorong spora dandelion untuk terbang meninggalkan putik bunga, dan membantu para lebah mendukung penyerbukan.
Setiap peri memiliki tugas yang berbeda-beda sesuai keajaiban yang dimilikinya. Membantu benih untuk terbangun adalah tugas peri air. Peri angin menjatuhkan daun dan meniup spora dandelion. Peri bunga membantu kelopak bunga membuka. Peri hewan membantu hewan yang kesulitan.
Cerita kita dimulai dari taman di tengah Lorina, sebuah kota kecil di sebelah barat laut Mason City, Iowa. Pada sudut taman, tumbuh sebatang pohon magnolia raksasa yang telah berusia ratusan tahun. Penduduk kota secara turun temurun merawat pohon yang menghasilkan ribuan bunga merah muda itu dengan kasih sayang. Ketulusan hati penduduk kota Lorina menggerakkan hati Dewi Alam. Maka sang Dewi menurunkan keajaiban pada pohon kesayangan penduduk Lorina.